Selasa, 12 Juni 2012

Makalah Prinsip dan Teknik komunikasi pada setiap tahap Asuhan Keperawatan dalam pemenuhan Nutrisi (Komkep)


BAB I
PENDAHULUAN
\

A.    Latar Belakang.
Komunikasi merupakan suatu dasar dan kunci seseorang dalam menjalankan tugasnya, komunikasi merupakan suatu proses dalam perawatan untuk menjalankan dan menciptakan hubungan dengan pasien, komunikasi tampaknya sederhana tetapi untuk menjadikan suatu komunikasi berguna dan efektif membutuhkan usaha dan keterampilan serta kemampuan dalam bidang itu  (Arifin,  2002).
Tidak ada persoalan sosial manusia dihadapkan dengan masalah sosial yang penyelesaiannya menyangkut komunikasi yang lebih baik, Setiap hari  semua orang melakukan proses komunikasi. Sering kali akibat komunikasi yang tidak tepat terjadi perbedaan pandangan atau salah paham. Oleh karena itu setiap orang perlu memahami konsep dan proses komunikasi untuk meningkatkan hubungan antar manusia dan mencegah kesalah pahaman yang mungkin terjadi, hubungan komunikasi terapeutik antara perawat atau bidan dengan pasien adalah hubungan kerjasama yang ditandai dengan tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dalam membina hubungan intim yang terapeutik (Utami P, 1998).
 Dasawarsa terakhir masalah komunikasi antara petugas kesehatan dan pasien telah mendapatkan sorotan luas karena adanya beberapa laporan riset yang di kumpulkan Faulkner (1984), laporan tersebut mengungkapkan bahwa banyak pasien yang merasa tidak pernah menerima cukup informasi  (Nancy, 1988).
  Komunikasi merupakan unsur yang penting dalam aktifitas dan bagian yang selalu ada dalam proses manajemen keperawatan atau kebidanan. Berdasarkan hasil penelitian Swansburg (1990), bahwa lebih dari 80% waktu yang digunakan untuk berkomunikasi, 16% untuk membaca dan 9% untuk menulis. Pengembangan keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kiat sukses bagi seorang bidan karena terlalu banyak waktu yang digunakan untuk komunikasi, mendengar, berbicara jadi jelas bahwa bidan harus mempunyai keterampilan interpersonal yang  baik, karena praktek kebidanan berorientasi pada hubungan interpersonal dalam mencapai suatu tujuan organisasi, maka untuk menciptakan komitmen dan rasa kebersamaan perlu ditunjang keterampilan dalam berkomunikasi (Nursalam, 2002). 
Dalam profesi keperawatan, komunikasi sangat penting antara perawat dengan perawat, dan perawat dengan klien, khususnya komunikasi antar perawat dengan klien dimana dalam komunikasi itu perawat dapat menemukan beberapa solusi dari permasalahan yang sedang dialami klien, dan komunikasi ini dinamakan dengan komunikasi terapeutik. Akan tetapi dalam pelaksanaan komunikasi terapeutik ini ada fase-fase, tehnik-tehnik, dan faktor-faktor, serta proses komunikasi terapeutik tersebut dalam perawatan sehingga pelayanan/asuhan keperawatan dapat berjalan dengan baik serta memberikan tingkat kepuasan pada klien.

B. Rumusan Masalah
1. apa saja prinsip dan teknik keperawatan pada setiap asuhan keperawatan?  
2. Bagaimana asuhan keperawatan dalam pemenuhan nutrisi?

   C . Tujuan
a.       Tujuan umum  : agar mahasiswa mengetahui prinsip dan teknik komunikasi yang
  benar.
b.      Tujuan khusus : agar mahasiswa mengetahui dan memahami prinsip dan teknik
   komunikasi pada setiap tahap asuhan keperawatan dalam pemenuhan
   nutrisi.















BAB II
PEMBAHASAN

A. Prinsip dan Teknik Komunikasi pada setiap tahap asuhan keperawatan

1)  Pengkajian (Purwanto, Heri, 1994)
  • Menentukan kemampuan seseorang dalam proses informasi.
  • Mengevaluasi data tentang status mental pasien untuk menentukan batas intervensi.
  • Mengevaluasi kemampuan pasien dalam berkomunikasi secara verbal.
  • Mengobservasi apa yang terjadi pada pasien tersebut saat ini.
  • Mengidentifikasi tingkat perkembangan pasien sehingga interaksi yang diharapkan bisa realistik.
  • Menentukan apakah pasien memperlihatkan sikap verbal dan nonverbal yang sesuai.
  • Mengkaji tingkat kecemasan pasien sehingga dapat mengantisifasi intervensi yang dibutuhkan.

2.  Diagnosa keperawatan (Potter & Perry, 1999)
  • Analisa tertulis dari penemuan pengkajian.
  • Sesi perencanaan tim kesehatan.
  • Diskusi dengan klien dan keluarga untuk menentukan metoda implementasi.
  • Membuat rujukan.

3.  Rencana tujuan (Purwanto, Heri,1994)
  • Rencana asuhan tertulis (Potter & Perry, 1999).
  • Membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
  • Membantu pasien agar dapat menerima pengalaman yang pernah dirasakan.
  • Meningkatkan harga diri pasien.
  • Memberikan support karena adanya perubahan lingkungan.
  • Perawat dan pasien sepakat untuk berkomunikasi secara lebih terbuka.

4.  Implementasi (Purwanto, Heri, 1994)
  • Memperkenalkan diri kepada pasien.
  • Memulai interaksi dangan pasien.
  • Membantu pasien untuk dapat menggambarkan pengalaman pribadinya.
  • Menganjurkan kepada pasien untuk dapat mengungkapkan perasaan kebutuhannya.
  • Menggunakan komunikasi untuk meningkatkan harga diri pasien.

5. Evaluasi (Purwanto, Heri, 1994)
  • Pasien dapat mengembangkan kemampuan dalam mengkaji dan memenuhi kebutuhan sendiri.
  • Komunikasi menjadi lebih jelas, lebih terbuka dan berfokus pada masalah.
  • Membantu menciptakan lingkungan yang dapat mengurangi tingkat kecemasan.

B. Definisi Nutrisi     
            Nutrisi adalah proses pengambilan zat-zat makanan penting (Nancy Nuwer
Konstantinides). Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan dipergunakan dalam aktivitas tubuh.

C. Faktor Yang Memengaruhi Kebutuhan Nutrisi
1. Pengetahuan           
            Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat memengaruhi pola konsumsi makan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kurngnya informasi sehinga dapat terjadi kesaalahan dalam memenuhi kebutuhan gizi.    

2. Prasangka   
            Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan bergizi tinggi dapat memengaruhi status gizi seseorang. Misalnya, di beberapa daerah, tempe yang merupakan sumber protein yang paling murah, tidak dijadikan bahan makanan yang layak untuk dimakan karena masyarakat menganggap bahwa makanan tersebut dapat merendahkan derajat mereka.

3. Kebiasaan   
            Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan tertentu juga dapat memengaruhi status gizi. Misalnya di beberapa daerah, terdapat larangan makan pisang dan pepaya bagi para gadis remaja. Padahal makanan tersebut merupakan sumber vitamin yang baik.      

4. Kesukaan   
            Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat mengakibatkan kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh tidak memperoleh zat-zat yang dibutuhkan secara cukup. Kesukaan dapat mengakibatkan merosotnya gizi pada remaja bila nilai gizinya tidak sesuai dengan nilai yang diharapkan.  

5. Status Ekonomi      
            Status ekonomi dapat memengaruhi perubahan status gizi karena penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit. Oleh karena itu, masyarakat dengan kondisi perokonomian yang tinggi biasanya mampu mencukupi kebutuhan gizi keluarganya dibandingkan masyarakat dengan kondisi perekonomian rendah.

D. Masalah Kebutuhan Nutrisi      

1. Kekurangan Nutrisi
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan tidak berpuasa (normal) atau resiko penurunan berat badan akibat ketidakcukupan asupan nutrisi untuk proses metabolisme.   

Tanda Klinis:  
• Berat badan 10-20% di bawah normal.       
• Tinggi badan dibawah ideal.           
• Lingkar kulit trisep lengan tengah kurang dari 60% ukuran standar.          
• Adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot.       
• Adanya penurunan albumin serum. 
• Adanya penurunan transfersin.       

Kemungkinan penyebab:       
• Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna kalori akibat penyakit infeksi      atau kanker.    
• Disfagia karena adanya kelainan persarafan.          
• Penurunan absorbsi nutrisi akibat penyakit crohn atau intoleransi laktosa. 
• Nafsu makan menurun.       

2. Kelebihan Nutrisi   
Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang yang mempunyai resiko peningkatan berat badan akibat asupan kebutuhan metabolisme secara berlebih.
Tanda Klinis:  
• Berat badan lebih dari 10% berat ideal.      
• Obesitas (lebih dari 20% berat ideal).         
• Lipatan kulit trisep lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm pada wanita.  
• Adanya jumlah asupan yang berlebihan.     
• Aktivitas menurun atau monoton.   

Kemungkinan Penyebab:       
• Perubahan pola makan         
• Penurunan fungsi pengecapan dan penciuman        




3. Malnutrisi   
            Malnutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan kekurangan zat gizi pada tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai asupan zat gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. Gejala umumnya dengan adanya berat badan rendah dengan asupan makanan yang cukup atau asupan kurang dari kebutuhan tubuh, adanya kelemahan otot dan penurunan energi, pucat pada kulit, membran mukosa, konjungtiva dan lain-lain.

4. Obesitas     
            Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan uyang mencapai lebih dari 20% berat badan normal. Status nutrisinya adalah melebihi kebutuhan metabolisme karena kelebihan asupan kalori dan penurunan dalam penggunaan kalori.     

5. Diabetes Militus     
            Diabetes Militus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai dengan adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat kekurangan insulin atau penggunaan karbohidrat secara berlebihan.         

6. Hipertensi   
            Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang disebabkan oleh berbagai masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab dari adanya asupan kalsium, natrium yang berlebihan.      

7. Penyakit Jantung Koroner 
            Penyakit Jantung Koroner merupakan gangguan pemenuhan nutrisi yang sering disebabakan oleh peningkatan kolesterol darah dan merokok. Saat ini, gangguan ini sering dialami karena adanya perilaku atau gaya hidup yang tidak sehat.          




F. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Riwayat keperawatan dan diet
1. Anggaran makan, makanan kesukaan, waktu makan
2. Apakah ada diet yang dilakukan secara khusus?
3. Adakah toleransi makan/minum tertentu?

b. Faktor yang mempengaruhi diet
1. Status kesadaran
2. Kultur dan kepercayaan
3. Status sosial ekonomi
4. Faktor psikologis
5. informasi yang salah tentang makanan dan cara berdiet

c. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan fisik : lesu
2. Berat badan : Obesitas, kueus
3. Otot : Lemah, tonus kurang, tidak mampu bekerja
4. Pengukuran tinggi dan berat badan klien diperoleh ketika masuk RS/ lingkungan pelayanan kesehatan apapun
5. Pengukuran BB pada waktu yang sama setiap hari pada skala yang sama dan dengan pakaian yang sama
Pria : 12,5 -. 16,5 cm







2. Diagnosa Keperawatan

    a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
            • Kemungkinan berhubungan dengan :
            1. Mual/muntah
            2. Gangguan intake makanan
            3. gangguan menelan
            4. efek dari pengobatan

            • Kemungkinan data yang ditemukan :
            1. Berat badan menurun
            2. Kelemahan
            3. kesulitan makan
            4. nafsu makan berkurang
            5. hipotensi
            6. ketidakseimbangan elektrolit
            7. kulit kering

            • Kondisi kilnis yang mungkin terjadi
            1. AIDS
            2. Pembedahan
 
    b. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
            • Kemungkinan berhubungan dengan :
            1. Kelebihan intake
            2. Gaya hidup
            3. Perubahan kultur


            • Kondisi klinis kemungkinan terjadi
            1. Obesitas
            2. Hipotiroidisme
            3. Pasien dengan pemakaian kortikosteroid

            • Tujuan yang diharapkan :
            1. Teridentifikasinya kebutuhan nutrisi dan berat badan yang terkontrol
            2. Pernencanaan kontrol berat badan untuk yang akan datang
            3. tidak terjadinya penurunan berat badan yang berlebihan


c.  Implementasi
    1. apabila kekurangan maka dapat dilakukan pemenuhan asupan gizi
   2. apabila kelebihan dapat dengan melakukan diet.

d.  Evaluasi
1.meninjau ulang adanya peningkatan BB
2. rencana makan yang diprogramkan dimana asupan kalori cukup untuk menurunkan berat badan tercapai.











BAB III
PENUTUP


A. Kesimpulan
  Komunikasi merupakan unsur yang penting dalam aktifitas dan bagian yang selalu ada dalam proses manajemen keperawatan. Berdasarkan hasil penelitian Swansburg (1990), bahwa lebih dari 80% waktu yang digunakan untuk berkomunikasi, 16% untuk membaca dan 9% untuk menulis. Pengembangan keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kiat sukses bagi seorang bidan karena terlalu banyak waktu yang digunakan untuk komunikasi, mendengar, berbicara jadi jelas bahwa bidan harus mempunyai keterampilan interpersonal yang  baik, karena praktek kebidanan berorientasi pada hubungan interpersonal dalam mencapai suatu tujuan organisasi, maka untuk menciptakan komitmen dan rasa kebersamaan perlu ditunjang keterampilan dalam berkomunikasi (Nursalam, 2002). 

B. Saran
            Dalam melakukan prinsip dan teknik komunikasi selain menggunakan tahap-tahap dalam tindakan askep, perawat juga harus menerapkan etika atau kode etik keperawatan agar klien nyaman.












DAFTAR PUSTAKA

Tamsuri,Anas.(2006).”komunikasi dalam keperawatan”.Erlangga : jakarta
www.google.com

makalah gangguan eleminasi fecal Obstipasi dan Diare (Patologi)


BAB I
PENDAHULAN


A. Latar Belakang   
            Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel (feses).Defekasi(eleminasi fecal) adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut bowel movement. Frekuensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang. Ketika gelombang peristaltik mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi.
            Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi tubuh yang normal. Perubahan pada eliminasi dapat menyebabkan masalah pada gastrointestinal dan bagian tubuh yang lain. Karena fungsi usus tergantung pada keseimbangan beberapa faktor, pola eliminasi dan kebiasaan masing-masing orang berbeda. Klien sering meminta pertolongan dari perawat untuk memelihara kebiasaan eliminasi yang normal. Keadaan sakit dapat menghindari mereka sesuai dengan program yang teratur.
Salah satu gangguan eleminasi fecal adalah Diare dan Obstipasi, diare adalah pengeluaran feces dengan bentuk cair sedangkan obstipasi pengerasan feces sehingga sulit untuk di ekresi. Perawat harus mengerti faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan Diare dan Obstipasi?
2. Apa Patologi dan Patofisiologi dri Diare dan Obstipasi?

C.Tujuan
1. Tujuan Umum         : Agar mahasiswa mengetahui tentang gangguan eleminasi
  fecal.
2. Tujuan Khusus        : Agar mahasiswa mengetahui dan memahami tentang   
  patologi dan patofisiologi diare dan Obstipasi.

D. Sistematika Penulisan
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
B.     Rumusan Masalah
C.     Tujuan
D.    Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A.     
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.     Saran




BAB II
PEMBAHASAN


Pengertian Obstipasi
Obstipasi berasal dari bahasa Latin Ob berarti in the way = perjalanan dan Stipare yang berarti to compress = menekan Secara istilah obstipasi adalah bentuk konstipasi parah dimana biasanya disebabkan oleh terhalangnya pergerakan feses dalam usus (adanya obstruksi usus). Gejala antara obstipasi dan konstipasi sangat mirip dimana terdapat kesukaran mengeluarkan feses (defekasi). Namun obstipasi dibedakan dari konstipasi berdasarkan penyebabnya ialah dimana konstipasi disebabkan selain dari obstruksi intestinal sedangkan obstipasi karena adanya obstruksi intestinal.
Gejala obstipasi berupa pengeluaran feses yang keras dalam jangka waktu tiap 3-5 hari, kadang disertai adanya perasaan perut penuh akibat adanya feses atau gas dalam perut.
Ada beberapa variasi pada kebiasaan buang air besar yang normal. Pada bayi baru lahir biasanya buang air besar 2-3 kali sehari tergantung jenis susu yang dikonsumsi akan tetapi masih mungkin normal bila buang air besar 36-48 jam sekali asal konsistensi tinja normal.
Etiologi
Obstipasi disebabkan juga karena sebagai berikut :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQrmY7x_1rKoL9uOmvkOo_5ap9PgUjnuvP2pwSvmmqwZqAs_H9tGY_mr_vv7HJhYGSiHpDJsOoaJODzkACJ01YvaOuqhQqSv3mAvEXpYLAw8m7EcsCwwSrxCA_Duvdj-3vucRwEbbrRkFK/s320/constipation.jpg1.    Obstipasi akibat obstruksi dari intralumen usus meliputi akibat adanya kanker dalam dinding usus




2.    Obstipasi akibat obstruksi dari ekstralumen usus, biasanya akibat penekanan usus oleh massa intraabdomen misalnya adanya tumor dalam abdomen yang menekan rectum.
3.    penyaluran makanan yang kurang baik, misalnya masukan makanan bayi muda kurang mengandung air / gula, sedangkan pada bayi usia lebih tua biasanya karena makanan yang kurang mengandung polisakarida atau serat.
4.    Kemungkinan adanya gangguan pada usus seperti pada penyakit Hirschpung yang berarti usus tidak melakukan gerakan peristaltik.
Tanda dan gejala
·         Sering menangis
·         Susah tidur
·         Gelisah
·         Perut kembung
·         Kadang kadang muntah
·         Abdomen distensi (kembung, karena usus tidak berkontraksi)
·         Anoreksia (susah makan)
Jenis – Jenis Obstipasi
Obstipasi ada 2 macam, yaitu :
1.    Obstipasi obstruksi total
Memiliki ciri tidak keluarnya feses atau flatus dan pada pemeriksaan colok dubur didapatkan rectum yang kosong, kecuali jika obstruksi terdapat pada rectum.
2.    Obstipasi obstruksi parsial.
Memiliki ciri pasien tidak dapat buang air besar selama beberapa hari tetapi kemudian dapat mengeluarkan feses disertai gas. Keadaan obstruksi parsial kurang darurat daripada obstruksi total.
Diagnosa Obstipasi
Obstipasi didiagnosa melalui cara:
1.    Anamnesis
Riwayat penyakit difokuskan pada gagal untuk mengeluarkan baik feses maupun gas. Perlu untuk menentukan apakah termasuk obstruksi total atau partialAnamnesis ditujukan untuk menggali lebih dalam riwayat penyakit terdahulu yang mungkin dapat menstimulasi terjadinya obstipasi.
Dicari juga apakah ada kelainan usus sebelumnya, nyeri pada perut, dan masalah sistemik lain yang penting, sebagai contoh riwayat adanya penurunan berat badan yang kronis dan feses yang bercampur darah kemungkinan akibat obstruksi neoplasma
Anamnesis juga digunakan untuk Riwayat penyakit difokuskan pada gagal untuk mengeluarkan baik feses maupun gas. Perlu untuk menentukan apakah termasuk obstruksi total atau partial.  
Anamnesis ditujukan untuk menggali lebih dalam akan riwayat penyakit terdahulu yang mungkin dapat menstimulasi terjadinya obstipasi. Dicari juga apakah ada kelainan usus sebelumnya, nyeri pada perut, dan masalah sistemik lain yang penting, sebagai contoh riwayat adanya penurunan berat badan yang kronis dan feses yang bercampur darah kemungkinan akibat obstruksi neoplasma.
2.    Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan abdomen standar seperti inspeksi, auskultasi, perkusi,dan palpasi untuk melihat apakah ada massa abdomen, nyeri abdomen, dan adanya distensi kolon.
Obstruksi usus pada fase lanjut tidak terdengar bising usus Pemeriksaan region femoral dan inguinal untuk melihat apakah ada hernia atau tidak.
Obstruksi kolon bisa terjadi akibat hernia inguinal kolon sigmoid
Pemeriksaan rectal tussae (colok dubur) untuk mengidentifikasi kelainan rectum yang mungkin menyebabkan obstruksi dan memberikan gambaran tentang isi rectum
3.    Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan pada bayi yang menderita obstipasi adalah :
Pemeriksaan Hb
Pemeriksaan Urine
Pemeriksaan penunjang lain yang dianggap perlu.
4.    Pencitraan dengan CT scan, USG, X rays dengan atau tanpa bahan kontras.
Pencitraan untuk melihat apakah ada dilatasi kolon. Dilatasi kolon tanpa udara menandakan obstruksi total dan dilatasi kolon dengan terdapat udara menandakan partial obstruksi parsial. Pencitraan ini dapat digunakan untuk menentukan letak obstruksi dan penyebab obstruksi.
5.    Pemeriksaan laboratorium
Laboratorium seperti pemeriksaan elektrolit darah (mengetahui dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit), hematokrit (apakah ada anemia yang dihubungkan dengan perdarahan usus missal akibat neoplasma), hitung leukosit (mengetahui infeksi usus). Endoskopi untuk melihat bagian dalam kolon dan mennetukan sebab obstipasi
Penatalaksanaan Pengobatan  Obstipasi
1.    Perawatan medis
Meliputi resusitasi untuk mengoreksi cairan dan elektrolit tubuh, nasograstis decompression pada obstruksi parah untuk mencegah muntah dan aspirasi, dan pengobatan lain untuk mencegah semakin parahnya sakit



2.    Operasi
Untuk mengatasi obstruksi sesuai dengan penyebab obstruksi, dan untuk mencegah perforasi usus akibat tekanan tinggi. Obstipasi obstruksi total bersifat sangat urgent untuk dilakukan tindakan segera dimana jika terlambat dilakukan dapat mengakiabtkan perforasi usus karena peningkatan tekanan feses yang besar.
3.    Diet
Pada obstruksi total dianjuran tidak makan apa-apa, pada obstruksi parsial dapat diberikan makanan cair dan obat-obatan
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5HZzJFOnDDmYjjU91hslYOh3M5J7y6KEelDD-drw-n-4ZG185ituvoSgi9-6apzhTj1FxkcSzZB2KF6l9-_nkBhb9kOdXK33XU2l238eokn2gBu4ln40PuRfQRoxCPZysLtYJKip3_F1p/s200/buah-dan-sayur-segar.jpg


2.      Patofisiologi
Konstipasi dapat terjadi apabila salah satu atau lebih faktor yang terkait dengan faktor anatomi dan fisiologi dalam proses mekanisme berak terganggu. Gangguan dapat terjadi pada kekuatan propulsif, sensasi rektal ataupun suatu obstruksi fungsional pengeluaran (functional outlet). Konstipasi dikatakan idiopatik apabila tidak dapat dijelaskan adanya abnormalitas anatomik, fisiologik, radiologik dan histopatologik sebagai penyebabnya.
Konstipasi pada masa bayi biasanya disebabkan masalah diet atau pemberian minum. Berak yang nyeri dapat merupakan pencetus primer dari konstipasi pada awal masa anak. Pada masa bayi dan anak, konstipasi kronik  dapat disebabkan lesi anatomis, masalah neurologis, disfungsi neuromuskuler otot intrinsik, obat farmakologis, faktor metabolik atau endokrin. Pada masa anak penyebab terbanyak adalah konstipasi fungsional yang biasanya berawal dari kurangnya makanan berserat, kurang minum atau kurangya aktifitas
Akibat dari konstipasi
Sebagaimana diketahui, fungsi kolon di antaranya melakukan absorpsi cairan elektrolit, zat-zat organik misalnya glukose dan air, hal ini berjalan terus sampai di kolon descendens. Pada seseorang yang mengalami konstipasi, sebagai akibat dari absorpsi cairan yang terus berlangsung, maka tinja akan menjadi lebih padat dan mengeras. Tinja yang keras dan padat menyebabkan makin susahnya defekasi, sehingga akan menimbulkan haemorrhoid.
Sisa-sisa protein di dalam makanan biasanya dipecahkan di dalam kolon dalam bentuk indol, skatol, fenol, kresol dan hydrogen sulfide. Sehingga akan memberikan bau yang khas pada tinja. Pada konstipasi juga akan terjadi absorpsi zat-zat tersebut terutama indol dan skatol, sehingga akan terjadi intestinal toksemia. Bila terjadi intestinal toksemia maka pada penderita dengan sirhosis hepatis merupakan bahaya. Pada kolon stasis dan adanya pemecahan urea oleh bakteri mungkin akan mempercepat timbulnya “hepatik encepalopati” pada penderita sirhosis hepatis.

3.      Tanda dan Gejala
Gejala dan tanda akan berbeda antara seseorang dengan seseorang yang lain, karena pola makan, hormon,gaya hidup dan bentuk usus besar setiap orang berbeda-beda, tetapi biasanya gejala dan tanda yang umum ditemukan pada sebagian besar atau kadang-kadang beberapa penderitanya adalah sebagai berikut:
a.      Gejala fisik
1)      Perut terasa penuh, dan bahkan terasa kaku.Tubuh tidak fit, tidak nyaman, lesu, cepat lelah, dan terasa berat sehingga malas mengerjakan sesuatu bahkan kadang-kadang sering mengantuk.
2)      Sering berdebar-debar sehingga mudah stres, sakit kepala atau bahkan demam.
3)      Tinja atau feses lebih keras, lebih panas, berwarna lebih gelap daripada biasanya, dan jumlahnya lebih sedikit daripada biasanya.
4)      Pada saat buang air besar feses atau tinja sulit dikeluarkan atau dibuang, tubuh berkeringat dingin, dan kadang-kadang harus mengejan ataupun menekan-nekan perut terlebih dahulu supaya dapat mengeluarkan dan membuang tinja (bahkan sampai mengalami ambeien). Terdengar bunyi-bunyian dalam perut.
5)      Bagian anus atau dubur terasa penuh, tidak plong, dan terganjal sesuatu disertai sakit akibat bergesekan dengan tinja atau feses yang kering dan keras atau karena mengalami ambeien atau wasir sehingga pada saat duduk terasa tidak nyaman.
6)      Lebih sering buang angin yang berbau lebih busuk daripada biasanya.
7)      Menurunnya frekwensi buang air besar, dan meningkatnya waktu buang air besar (biasanya buang air besar menjadi 3 hari sekali atau lebih lama lagi).
8)      Terkadang mual dan muntah.

patogenesis
1)      Pola hidup: Diet rendah serat, kurang minum, kebiasaan buang air besar yang buruk, kurang olahraga.
2)      Kelainan anatomi (struktur) : fissura ani, hemoroid, striktur, dan tumor, abses perineum, megakolon.
3)      Kelainan endokrin dan metaolik : hiperkalsemia, hipokalemia, hipotiroid, DM, dan kehamilan.
4)      Kelainan syaraf : stroke, penyakit Hirschprung, Parkinson, sclerosis multiple, lesi sumsum tulang belakang, penyakit Chagas, disotonomia familier.
5)      Kelainan jaringan ikat : skleroderma, amiloidosis, “mixed connective-tissue disease”.


DIARE
 Definisi Diare
http://ifptasya.files.wordpress.com/2010/12/diarrea-11789.jpg?w=570Diare merupakan BAB sering dengan cairan dan feces yang tidak berbentuk. Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat. Iritasi di dalam kolom merupakanfakta tambahan yang menyebabkan meningkatkan sekresi mukosa. Akibatnya feces menjadi encer sehingga pasien tidak dapat mengontrol dan menahan BAB.

2.9.2        Etiologi
Diare dapat disebabkan karena beberapa faktor, seperti infeksi, malabsorbsi, makanan, dan psikologi.
1.      Infeksi
a.    Enteral, yaitu infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan dan merupakan penyebab utama terjadinya diare.  Infeksi enteral meliputi:
a)      Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya;
b)      Infeksi virus : enterovirus, seperti virus ECHO, coxsackie, poliomyelitis, adenovirus, rotavirus, astrovirus, dan sebagainya;
c)      Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, dan strongylodies), protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, dan trichomonas hominis), serta jamur (Candida albicans).
b.      Parenteral, yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, misalnya otitis media akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya.
2.      Malabsorbsi
a.       Karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa) serta monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada anak dan bayi yang paling berbahaya adalah intoleransi laktosa.
3.      Makanan, misalnya makanan basi, beracun, dan alergi.
4.      Psikologis, misalnya rasa takut atau cemas. 

2.9.3        Patogenesis
Mekanisme dasar yang dapat menyebabkan terjadinya diare adalah sebagai berikut:
1.      Gangguan osmotik
Akibat adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh tubuh akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan isinya sehingga timbul diare.
2.      Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu, misalnya toksin pada dinding usus yang akan menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit yang berlebihan ke dalam rongga usus, sehingga akan terjadi peningkatan isi dari rongga usus yang akan merangsang pengeluaran isi dari rongga usus dan akhirnya timbullah diare.
3.      Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan bagi usus untuk menyerap makanan yang masuk, sehingga akan timbul diare.  Akan tetapi, apabila terjadi keadaan yang sebaliknya yaitu penurunan dari peristaltik usus maka akan dapat menyebabkan diare juga.
2.9.4        Patogenesis Diare Akut
1        Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung.
2        Jasad renik tersebut akan berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus.
3        Dari jasad renik tersebut akan keluar toksin (toksin diaregenik).
4        Toksin diaregenik akan menyebabkan hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
2.9.5        Tanda dan Gejala
Berikut ini adalah tanda dan gejala pada anak yang mengalami diare.
1.      Cengeng, rewel
2.      Gelisah
3.      Suhu meningkat
4.      Nafsu makan menurun
5.      Feses cair dan berlendir, kadang juga disertai dengan adanya darah.  Kelamaan, feses ini akan berwarna hijau dan asam
6.      Anus lecet
7.      Dehidrasi, bila menjadi dehidrasi berat akan terjadi penurunan volume dan tekanan darah, nadi cepat dan kecil, peningkatan denyut jantung, penurunan kesadaran, dan akhirnya syok
8.      Berat badan menurun
9.      Turgor kulit menurun
10.  Mata dan ubun- ubun cekung
11.  Selaput lendir dan mulut serta kulit menjadi kering

2.9.6        Komplikasi
Komplikasi yang terjadi jika diare tidak tertangani secara tepat dan tepat, antara lain:
1.      Dehidrasi akibat kekurangan cairan dan elektrolit, yang dibagi menjadi:
a.       Dehidrasi ringan, apabila terjadi kehilangan cairan <5% BB
b.      Dehidrasi sedang, apabila terjadi kehilangan cairan 5-10% BB
c.       Dehidrasi berat, apabila terjadi kehilangan cairan >10-15% BB
2.      Renjatan hipovolemik akibat menurunnya volume darah dan apabila penurunan volume darah mencapai 15-25% BB maka akan menyebabkan penurunan tekanan darah
3.      Hipokalemia dengan gejala yang muncul adalah meteorismus, hipotoni otot, kelemahan, bradikardi, dan perubahan pada pemeriksaan EKG
4.      Hipoglikemia
5.      Intoleransi laktosa sekunder sebagai akibat defisiensi enzim laktosa karena kerusakan vili mukosa usus halus
6.      Kejang
7.      Malnutrisi energi protein karena selain diare dan muntah, biasanya penderita mengalami kelaparan
2.9.7        Penatalaksanaan
Prinsip perawatan diare adalah sebagai berikut:
1.      Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumatan)
2.      Diatetik (pemberian makanan)
3.      Obat-obatan
4.      Teruskan pemberian ASI karena dapat meningkatkan daya tahan tubuh
a.       Jumlah cairan yang diberikan adalah 100ml/kgBB/hari sebanyak 1 kali setiap 2 jam, jika diare tanpa dehidrasi.  Sebanyak 50% cairan ini diberikan dalam 4 jam pertama dan sisanya adlibitium
b.      Sesuaikan dengan umur anak:
a)      <2 tahun diberikan ½ gelas;
b)      2-6 tahun diberikan 1 gelas;
c)      >6 tahun diberikan 400cc (2 gelas).
c.       Apabila dehidrasi ringan dan diarenya 4 kali sehari, maka diberikan cairan 25-100 ml/kgBB dalam sehari atau setiap 2 jam
d.      Oralit diberikan sebanyak lebih kurang 100 ml/kgBB setiap 4-6 jam pada kasus dehidrasi ringan sampai berat
Beberapa cara untuk membuat cairan rumah tangga (cairan RT)
a)      Larutan gula garam (LGG): 1 sendok teh gula pasir + ½ sendok teh garam dapur halus + 1 gelas air masak atau air teh hangat
b)      Air tajin (2 liter + 5g garam)
1)      Cara tradisional
3 liter air + 100g atau 6 sendok makan beras dimasak selama 45-60 menit
2)      Cara biasa
2 liter air + 100g tepung beras + 5g garam dimasak hingga mendidih
Gejala Diare
Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 x atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai:
  • Muntah
  • Badan lesu atau lemah
  • Panas
  • Tidak nafsu makan
  • Darah dan lendir dalam kotoran
mekanisme diareRasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan.
Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejal-gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja mengandung darah atau demam tinggi.
Diare bisa menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit (misalnya natrium dan kalium), sehingga bayi menjadi rewel atau terjadi gangguan irama jantung maupun perdarahan otak.
Diare seringkali disertai oleh dehidrasi (kekurangan cairan). Dehidrasi ringan hanya menyebabkan bibir kering. Dehidrasi sedang menyebabkan kulit keriput, mata dan ubun-ubun menjadi cekung (pada bayi yang berumur kurang dari 18 bulan). Dehidrasi berat bisa berakibat fatal, biasanya menyebabkan syok.
.

b. Jenis Diare

- Diare Akut
Diare akut adalah diare yang terjadi sewaktu-waktu tetapi gejalanya dapat berat.
 Penyebabnya sebagai berikut.
1. Gangguan jasad renik atau bakteri yang masuk ke dalam usus halus setelah melewati berbagai rintangan asam lambung.
2. Jasad renik yang berkembang pesat di dalam usus halus.
3. Racun yang dikeluarkan oleh bakteri.
4. Kelebihan cairan usus akibat racun.

Diare Kronis atau Menahun atau Persisten
Pada diare menahun (kronis), kejadiannya lebih kompleks. Berikut beberapa faktor yang menimbulkannya, terutama jika sering berulang pada anak.
Diare persisten didefinisikan sebagai berlanjutnya episode diare selama 14 hari atau lebih yang dimulai dari suatu diare cair akut atau berdarah (disentri)4. Kejadian ini sering dihubungkan dengan kehilangan berat badan dan infeksi non intestinal.5 Diare persisten tidak termasuk diare kronik atau diare berulang seperti penyakit sprue, gluten sensitive enteropathi dan penyakit Blind loop4. Walker-Smith mendefinisikan sebagai diare yang mulai secara akut tetapi bertahan lebih dari 2 minggu setelah onset akut6

1. Gangguan bakteri, jamur, dan parasit.
2. Malabsorpsi kalori.
3. Malabsorpsi lemak.

Pathogenesis
Titik sentral patogenesis diare persisten adalah kerusakan mukosa usus yang pada tahap awal disebabkan oleh etiologi diare akut. Berbagai faktor resiko melalui interaksi timbal balik menyebabkan rehabilitasi kerusakan mukosa terhambat dan memperberat kerusakan.11
Pathofisiologi
 mekanisme terjadinya diare persisten secara umum terbagi atas sekretori osmotik, gangguan motility dan proses inflamasi tetapi pada beberapa kasus diare terjadi karena lebih dari satu mekanisme tersebut


Daftar Pustaka
- Mengatasi Diare & Keracunan pada Balita Oleh dr. M.C. Widjaja
Diposkan oleh Artikel Kedokteran dan Kesehatan