BAB I
PENDAHULAN
A. Latar Belakang
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel (feses).Defekasi(eleminasi fecal) adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut bowel movement. Frekuensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang. Ketika gelombang peristaltik mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi.
Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa
produksi usus penting untuk fungsi tubuh yang normal. Perubahan pada eliminasi
dapat menyebabkan masalah pada gastrointestinal dan bagian tubuh yang lain.
Karena fungsi usus tergantung pada keseimbangan beberapa faktor, pola eliminasi
dan kebiasaan masing-masing orang berbeda. Klien sering meminta pertolongan
dari perawat untuk memelihara kebiasaan eliminasi yang normal. Keadaan sakit dapat
menghindari mereka sesuai dengan program yang teratur.
Salah satu gangguan eleminasi fecal
adalah Diare dan Obstipasi, diare adalah pengeluaran feces dengan bentuk cair
sedangkan obstipasi pengerasan feces sehingga sulit untuk di ekresi. Perawat
harus mengerti faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan Diare dan Obstipasi?
2. Apa Patologi dan Patofisiologi dri Diare dan Obstipasi?
C.Tujuan
1. Tujuan Umum :
Agar mahasiswa mengetahui tentang gangguan eleminasi
fecal.
2. Tujuan Khusus : Agar mahasiswa mengetahui dan memahami
tentang
patologi dan patofisiologi diare dan Obstipasi.
D. Sistematika
Penulisan
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B.
Rumusan Masalah
C.
Tujuan
D.
Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A.
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran
BAB
II
PEMBAHASAN
Pengertian
Obstipasi
Obstipasi berasal dari bahasa Latin Ob berarti in
the way = perjalanan dan Stipare yang berarti to
compress = menekan Secara istilah obstipasi adalah bentuk
konstipasi parah dimana biasanya disebabkan oleh terhalangnya pergerakan feses
dalam usus (adanya obstruksi usus). Gejala antara obstipasi dan konstipasi
sangat mirip dimana terdapat kesukaran mengeluarkan feses (defekasi). Namun
obstipasi dibedakan dari konstipasi berdasarkan penyebabnya ialah dimana
konstipasi disebabkan selain dari obstruksi intestinal sedangkan obstipasi
karena adanya obstruksi intestinal.
Gejala obstipasi berupa pengeluaran feses yang keras dalam
jangka waktu tiap 3-5 hari, kadang disertai adanya perasaan perut penuh akibat
adanya feses atau gas dalam perut.
Ada
beberapa variasi pada kebiasaan buang air besar yang normal. Pada bayi baru
lahir biasanya buang air besar 2-3 kali sehari tergantung jenis susu yang
dikonsumsi akan tetapi masih mungkin normal bila buang air besar 36-48 jam
sekali asal konsistensi tinja normal.
Etiologi
Obstipasi disebabkan juga karena sebagai berikut :
Obstipasi disebabkan juga karena sebagai berikut :
2. Obstipasi akibat
obstruksi dari ekstralumen usus, biasanya akibat penekanan usus oleh massa
intraabdomen misalnya adanya tumor dalam abdomen yang menekan rectum.
3. penyaluran makanan
yang kurang baik, misalnya masukan makanan bayi muda kurang mengandung air /
gula, sedangkan pada bayi usia lebih tua biasanya karena makanan yang kurang
mengandung polisakarida atau serat.
4. Kemungkinan adanya
gangguan pada usus seperti pada penyakit Hirschpung yang berarti usus tidak
melakukan gerakan peristaltik.
Tanda
dan gejala
·
Sering menangis
·
Susah tidur
·
Gelisah
·
Perut kembung
·
Kadang kadang muntah
·
Abdomen distensi (kembung, karena usus tidak berkontraksi)
·
Anoreksia (susah makan)
Jenis
– Jenis Obstipasi
Obstipasi
ada 2 macam, yaitu :
1. Obstipasi
obstruksi total
Memiliki ciri tidak keluarnya feses atau flatus dan pada
pemeriksaan colok dubur didapatkan rectum yang kosong, kecuali jika obstruksi
terdapat pada rectum.
2. Obstipasi
obstruksi parsial.
Memiliki
ciri pasien tidak dapat buang air besar selama beberapa hari tetapi kemudian
dapat mengeluarkan feses disertai gas. Keadaan obstruksi parsial kurang darurat
daripada obstruksi total.
Diagnosa
Obstipasi
Obstipasi
didiagnosa melalui cara:
1. Anamnesis
Riwayat penyakit difokuskan pada gagal untuk mengeluarkan
baik feses maupun gas. Perlu untuk menentukan apakah termasuk obstruksi total
atau partialAnamnesis ditujukan untuk menggali lebih dalam riwayat penyakit
terdahulu yang mungkin dapat menstimulasi terjadinya obstipasi.
Dicari juga apakah ada kelainan usus sebelumnya, nyeri pada perut, dan masalah sistemik lain yang penting, sebagai contoh riwayat adanya penurunan berat badan yang kronis dan feses yang bercampur darah kemungkinan akibat obstruksi neoplasma
Dicari juga apakah ada kelainan usus sebelumnya, nyeri pada perut, dan masalah sistemik lain yang penting, sebagai contoh riwayat adanya penurunan berat badan yang kronis dan feses yang bercampur darah kemungkinan akibat obstruksi neoplasma
Anamnesis juga digunakan untuk Riwayat penyakit difokuskan
pada gagal untuk mengeluarkan baik feses maupun gas. Perlu untuk menentukan
apakah termasuk obstruksi total atau partial.
Anamnesis ditujukan untuk menggali lebih dalam akan riwayat penyakit terdahulu yang mungkin dapat menstimulasi terjadinya obstipasi. Dicari juga apakah ada kelainan usus sebelumnya, nyeri pada perut, dan masalah sistemik lain yang penting, sebagai contoh riwayat adanya penurunan berat badan yang kronis dan feses yang bercampur darah kemungkinan akibat obstruksi neoplasma.
Anamnesis ditujukan untuk menggali lebih dalam akan riwayat penyakit terdahulu yang mungkin dapat menstimulasi terjadinya obstipasi. Dicari juga apakah ada kelainan usus sebelumnya, nyeri pada perut, dan masalah sistemik lain yang penting, sebagai contoh riwayat adanya penurunan berat badan yang kronis dan feses yang bercampur darah kemungkinan akibat obstruksi neoplasma.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan abdomen standar seperti inspeksi, auskultasi,
perkusi,dan palpasi untuk melihat apakah ada massa abdomen, nyeri abdomen, dan
adanya distensi kolon.
Obstruksi usus pada fase lanjut tidak terdengar bising usus
Pemeriksaan region femoral dan inguinal untuk melihat apakah ada hernia atau
tidak.
Obstruksi kolon bisa terjadi akibat hernia inguinal kolon
sigmoid
Pemeriksaan rectal tussae (colok dubur) untuk mengidentifikasi kelainan rectum yang mungkin menyebabkan obstruksi dan memberikan gambaran tentang isi rectum
Pemeriksaan rectal tussae (colok dubur) untuk mengidentifikasi kelainan rectum yang mungkin menyebabkan obstruksi dan memberikan gambaran tentang isi rectum
3. Pemeriksaan
penunjang
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan pada bayi yang menderita
obstipasi adalah :
Pemeriksaan Hb
Pemeriksaan Urine
Pemeriksaan penunjang lain yang dianggap perlu.
4. Pencitraan dengan
CT scan, USG, X rays dengan atau tanpa bahan kontras.
Pencitraan untuk melihat apakah ada dilatasi kolon. Dilatasi kolon tanpa udara menandakan obstruksi total dan dilatasi kolon dengan terdapat udara menandakan partial obstruksi parsial. Pencitraan ini dapat digunakan untuk menentukan letak obstruksi dan penyebab obstruksi.
Pencitraan untuk melihat apakah ada dilatasi kolon. Dilatasi kolon tanpa udara menandakan obstruksi total dan dilatasi kolon dengan terdapat udara menandakan partial obstruksi parsial. Pencitraan ini dapat digunakan untuk menentukan letak obstruksi dan penyebab obstruksi.
5. Pemeriksaan
laboratorium
Laboratorium
seperti pemeriksaan elektrolit darah (mengetahui dehidrasi dan
ketidakseimbangan elektrolit), hematokrit (apakah ada anemia yang dihubungkan
dengan perdarahan usus missal akibat neoplasma), hitung leukosit (mengetahui
infeksi usus). Endoskopi untuk melihat bagian dalam kolon dan mennetukan sebab
obstipasi
Penatalaksanaan
Pengobatan Obstipasi
1. Perawatan medis
Meliputi resusitasi untuk mengoreksi cairan dan elektrolit
tubuh, nasograstis decompression pada obstruksi parah untuk mencegah muntah dan
aspirasi, dan pengobatan lain untuk mencegah semakin parahnya sakit
2. Operasi
Untuk mengatasi obstruksi sesuai dengan penyebab obstruksi,
dan untuk mencegah perforasi usus akibat tekanan tinggi. Obstipasi obstruksi
total bersifat sangat urgent untuk dilakukan tindakan segera dimana jika
terlambat dilakukan dapat mengakiabtkan perforasi usus karena peningkatan
tekanan feses yang besar.
3. Diet
Pada obstruksi total dianjuran tidak makan apa-apa, pada
obstruksi parsial dapat diberikan makanan cair dan obat-obatan
2.
Patofisiologi
Konstipasi
dapat terjadi apabila salah satu atau lebih faktor yang terkait dengan faktor
anatomi dan fisiologi dalam proses mekanisme berak terganggu. Gangguan dapat
terjadi pada kekuatan propulsif, sensasi rektal ataupun suatu obstruksi
fungsional pengeluaran (functional outlet). Konstipasi dikatakan
idiopatik apabila tidak dapat dijelaskan adanya abnormalitas anatomik,
fisiologik, radiologik dan histopatologik sebagai penyebabnya.
Konstipasi
pada masa bayi biasanya disebabkan masalah diet atau pemberian minum. Berak
yang nyeri dapat merupakan pencetus primer dari konstipasi pada awal masa anak.
Pada masa bayi dan anak, konstipasi kronik dapat disebabkan lesi
anatomis, masalah neurologis, disfungsi neuromuskuler otot intrinsik, obat
farmakologis, faktor metabolik atau endokrin. Pada masa anak penyebab terbanyak
adalah konstipasi fungsional yang biasanya berawal dari kurangnya makanan
berserat, kurang minum atau kurangya aktifitas
Akibat
dari konstipasi
Sebagaimana
diketahui, fungsi kolon di antaranya melakukan absorpsi cairan elektrolit,
zat-zat organik misalnya glukose dan air, hal ini berjalan terus sampai di
kolon descendens. Pada seseorang yang mengalami konstipasi, sebagai akibat dari
absorpsi cairan yang terus berlangsung, maka tinja akan menjadi lebih padat dan
mengeras. Tinja yang keras dan padat menyebabkan makin susahnya defekasi,
sehingga akan menimbulkan haemorrhoid.
Sisa-sisa protein di dalam makanan biasanya dipecahkan di dalam kolon dalam bentuk indol, skatol, fenol, kresol dan hydrogen sulfide. Sehingga akan memberikan bau yang khas pada tinja. Pada konstipasi juga akan terjadi absorpsi zat-zat tersebut terutama indol dan skatol, sehingga akan terjadi intestinal toksemia. Bila terjadi intestinal toksemia maka pada penderita dengan sirhosis hepatis merupakan bahaya. Pada kolon stasis dan adanya pemecahan urea oleh bakteri mungkin akan mempercepat timbulnya “hepatik encepalopati” pada penderita sirhosis hepatis.
Sisa-sisa protein di dalam makanan biasanya dipecahkan di dalam kolon dalam bentuk indol, skatol, fenol, kresol dan hydrogen sulfide. Sehingga akan memberikan bau yang khas pada tinja. Pada konstipasi juga akan terjadi absorpsi zat-zat tersebut terutama indol dan skatol, sehingga akan terjadi intestinal toksemia. Bila terjadi intestinal toksemia maka pada penderita dengan sirhosis hepatis merupakan bahaya. Pada kolon stasis dan adanya pemecahan urea oleh bakteri mungkin akan mempercepat timbulnya “hepatik encepalopati” pada penderita sirhosis hepatis.
3.
Tanda dan Gejala
Gejala
dan tanda akan berbeda antara seseorang dengan seseorang yang lain, karena pola
makan, hormon,gaya hidup dan bentuk usus
besar setiap orang berbeda-beda, tetapi
biasanya gejala dan tanda yang umum ditemukan pada sebagian besar atau
kadang-kadang beberapa penderitanya adalah sebagai berikut:
a.
Gejala fisik
1)
Perut terasa penuh, dan bahkan terasa kaku.Tubuh tidak fit, tidak nyaman, lesu,
cepat lelah, dan terasa berat sehingga malas mengerjakan sesuatu bahkan
kadang-kadang sering mengantuk.
2)
Sering berdebar-debar sehingga mudah stres, sakit kepala atau bahkan demam.
3)
Tinja atau feses lebih keras, lebih panas, berwarna lebih gelap daripada
biasanya, dan jumlahnya lebih sedikit daripada biasanya.
4)
Pada saat buang air besar feses atau tinja sulit dikeluarkan atau dibuang,
tubuh berkeringat dingin, dan kadang-kadang harus mengejan ataupun
menekan-nekan perut terlebih dahulu supaya dapat mengeluarkan dan membuang
tinja (bahkan sampai mengalami ambeien). Terdengar bunyi-bunyian dalam perut.
5)
Bagian anus atau dubur terasa penuh, tidak plong, dan terganjal sesuatu
disertai sakit akibat bergesekan dengan tinja atau feses yang kering dan keras
atau karena mengalami ambeien atau wasir sehingga pada saat duduk terasa tidak
nyaman.
6)
Lebih sering buang angin yang berbau lebih busuk daripada biasanya.
7)
Menurunnya frekwensi buang air besar, dan meningkatnya waktu buang air besar
(biasanya buang air besar menjadi 3 hari sekali atau lebih lama lagi).
8)
Terkadang mual dan muntah.
patogenesis
1)
Pola hidup: Diet rendah serat, kurang minum, kebiasaan buang air besar yang
buruk, kurang olahraga.
2)
Kelainan anatomi (struktur) : fissura ani, hemoroid, striktur, dan tumor, abses
perineum, megakolon.
3)
Kelainan endokrin dan metaolik : hiperkalsemia, hipokalemia, hipotiroid, DM,
dan kehamilan.
4)
Kelainan syaraf : stroke, penyakit Hirschprung, Parkinson, sclerosis multiple,
lesi sumsum tulang belakang, penyakit Chagas, disotonomia familier.
5)
Kelainan jaringan ikat : skleroderma, amiloidosis, “mixed connective-tissue
disease”.
DIARE
Definisi Diare
Diare
merupakan BAB sering dengan cairan dan feces yang tidak berbentuk. Isi
intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat. Iritasi di dalam kolom
merupakanfakta tambahan yang menyebabkan meningkatkan sekresi mukosa. Akibatnya
feces menjadi encer sehingga pasien tidak dapat mengontrol dan menahan BAB.
2.9.2 Etiologi
Diare dapat disebabkan karena beberapa faktor, seperti
infeksi, malabsorbsi, makanan, dan psikologi.
1. Infeksi
a. Enteral, yaitu infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan
dan merupakan penyebab utama terjadinya diare. Infeksi enteral meliputi:
a) Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli,
Salmonella, Shigella campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya;
b) Infeksi virus : enterovirus, seperti
virus ECHO, coxsackie, poliomyelitis, adenovirus, rotavirus, astrovirus, dan
sebagainya;
c) Infeksi parasit : cacing (Ascaris,
Trichuris, Oxyuris, dan strongylodies), protozoa (Entamoeba histolytica,
Giardia lamblia, dan trichomonas hominis), serta jamur (Candida albicans).
b. Parenteral, yaitu infeksi di bagian
tubuh lain di luar alat pencernaan, misalnya otitis media akut (OMA),
tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya.
2. Malabsorbsi
a. Karbohidrat : disakarida (intoleransi
laktosa, maltosa, dan sukrosa) serta monosakarida (intoleransi glukosa,
fruktosa, dan galaktosa). Pada anak dan bayi yang paling berbahaya adalah
intoleransi laktosa.
3. Makanan, misalnya makanan basi,
beracun, dan alergi.
4. Psikologis, misalnya rasa takut atau
cemas.
2.9.3 Patogenesis
Mekanisme
dasar yang dapat menyebabkan terjadinya diare adalah sebagai berikut:
1. Gangguan osmotik
Akibat
adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh tubuh akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan
merangsang usus untuk mengeluarkan isinya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat
rangsangan tertentu, misalnya toksin pada dinding usus yang akan menyebabkan
peningkatan sekresi air dan elektrolit yang berlebihan ke dalam rongga usus,
sehingga akan terjadi peningkatan isi dari rongga usus yang akan merangsang
pengeluaran isi dari rongga usus dan akhirnya timbullah diare.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik
akan menyebabkan berkurangnya kesempatan bagi usus untuk menyerap makanan yang
masuk, sehingga akan timbul diare. Akan tetapi, apabila terjadi keadaan
yang sebaliknya yaitu penurunan dari peristaltik usus maka akan dapat
menyebabkan diare juga.
2.9.4 Patogenesis Diare Akut
1 Masuknya jasad renik yang masih hidup
ke dalam usus halus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung.
2 Jasad renik tersebut akan berkembang
biak (multiplikasi) di dalam usus halus.
3 Dari jasad renik tersebut akan keluar
toksin (toksin diaregenik).
4 Toksin diaregenik akan menyebabkan
hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
2.9.5 Tanda dan Gejala
Berikut
ini adalah tanda dan gejala pada anak yang mengalami diare.
1. Cengeng, rewel
2. Gelisah
3. Suhu meningkat
4. Nafsu makan menurun
5. Feses cair dan berlendir, kadang juga
disertai dengan adanya darah. Kelamaan, feses ini akan berwarna hijau dan
asam
6. Anus lecet
7. Dehidrasi, bila menjadi dehidrasi berat
akan terjadi penurunan volume dan tekanan darah, nadi cepat dan kecil,
peningkatan denyut jantung, penurunan kesadaran, dan akhirnya syok
8. Berat badan menurun
9. Turgor kulit menurun
10. Mata
dan ubun- ubun cekung
11. Selaput
lendir dan mulut serta kulit menjadi kering
2.9.6 Komplikasi
Komplikasi
yang terjadi jika diare tidak tertangani secara tepat dan tepat, antara lain:
1. Dehidrasi akibat kekurangan cairan dan
elektrolit, yang dibagi menjadi:
a. Dehidrasi ringan, apabila terjadi
kehilangan cairan <5% BB
b. Dehidrasi sedang, apabila terjadi
kehilangan cairan 5-10% BB
c. Dehidrasi berat, apabila terjadi
kehilangan cairan >10-15% BB
2. Renjatan hipovolemik akibat menurunnya
volume darah dan apabila penurunan volume darah mencapai 15-25% BB maka akan
menyebabkan penurunan tekanan darah
3. Hipokalemia dengan gejala yang muncul
adalah meteorismus, hipotoni otot, kelemahan, bradikardi, dan perubahan pada
pemeriksaan EKG
4. Hipoglikemia
5. Intoleransi laktosa sekunder sebagai
akibat defisiensi enzim laktosa karena kerusakan vili mukosa usus halus
6. Kejang
7. Malnutrisi energi protein karena selain
diare dan muntah, biasanya penderita mengalami kelaparan
2.9.7 Penatalaksanaan
Prinsip
perawatan diare adalah sebagai berikut:
1. Pemberian cairan (rehidrasi awal dan
rumatan)
2. Diatetik (pemberian makanan)
3. Obat-obatan
4. Teruskan pemberian ASI karena dapat
meningkatkan daya tahan tubuh
a. Jumlah cairan yang diberikan adalah
100ml/kgBB/hari sebanyak 1 kali setiap 2 jam, jika diare tanpa dehidrasi.
Sebanyak 50% cairan ini diberikan dalam 4 jam pertama dan sisanya adlibitium
b. Sesuaikan dengan umur anak:
a) <2 tahun diberikan ½ gelas;
b) 2-6 tahun diberikan 1 gelas;
c) >6 tahun diberikan 400cc (2 gelas).
c. Apabila dehidrasi ringan dan diarenya 4
kali sehari, maka diberikan cairan 25-100 ml/kgBB dalam sehari atau setiap 2
jam
d. Oralit diberikan sebanyak lebih kurang
100 ml/kgBB setiap 4-6 jam pada kasus dehidrasi ringan sampai berat
Beberapa
cara untuk membuat cairan rumah tangga (cairan RT)
a) Larutan gula garam (LGG): 1 sendok teh
gula pasir + ½ sendok teh garam dapur halus + 1 gelas air masak atau air teh
hangat
b) Air tajin (2 liter + 5g garam)
1) Cara tradisional
3
liter air + 100g atau 6 sendok makan beras dimasak selama 45-60 menit
2) Cara biasa
2
liter air + 100g tepung beras + 5g garam dimasak hingga mendidih
Gejala
Diare
Gejala diare atau mencret adalah tinja
yang encer dengan frekuensi 4 x atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai:
- Muntah
- Badan lesu atau lemah
- Panas
- Tidak nafsu makan
- Darah dan lendir dalam kotoran
Rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang
disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare,
muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan.
Selain itu, dapat pula mengalami sakit
perut dan kejang perut, serta gejal-gejala lain seperti flu misalnya agak
demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit
kadang-kadang menyebabkan tinja mengandung darah atau demam tinggi.
Diare bisa menyebabkan kehilangan
cairan dan elektrolit (misalnya natrium dan kalium), sehingga bayi menjadi
rewel atau terjadi gangguan irama jantung maupun perdarahan otak.
Diare
seringkali disertai oleh dehidrasi (kekurangan cairan). Dehidrasi ringan hanya
menyebabkan bibir kering. Dehidrasi sedang menyebabkan kulit keriput, mata dan
ubun-ubun menjadi cekung (pada bayi yang berumur kurang dari 18 bulan).
Dehidrasi berat bisa berakibat fatal, biasanya menyebabkan syok.
.
b. Jenis Diare
- Diare Akut
Diare akut adalah diare yang terjadi sewaktu-waktu tetapi gejalanya dapat berat.
Penyebabnya sebagai berikut.
1. Gangguan jasad renik atau bakteri yang masuk ke dalam usus halus setelah melewati berbagai rintangan asam lambung.
2. Jasad renik yang berkembang pesat di dalam usus halus.
3. Racun yang dikeluarkan oleh bakteri.
4. Kelebihan cairan usus akibat racun.
— Diare Kronis atau Menahun atau Persisten
Pada diare menahun (kronis), kejadiannya lebih kompleks. Berikut beberapa faktor yang menimbulkannya, terutama jika sering berulang pada anak. Diare persisten didefinisikan sebagai berlanjutnya episode diare selama 14 hari atau lebih yang dimulai dari suatu diare cair akut atau berdarah (disentri)4. Kejadian ini sering dihubungkan dengan kehilangan berat badan dan infeksi non intestinal.5 Diare persisten tidak termasuk diare kronik atau diare berulang seperti penyakit sprue, gluten sensitive enteropathi dan penyakit Blind loop4. Walker-Smith mendefinisikan sebagai diare yang mulai secara akut tetapi bertahan lebih dari 2 minggu setelah onset akut6
1. Gangguan jasad renik atau bakteri yang masuk ke dalam usus halus setelah melewati berbagai rintangan asam lambung.
2. Jasad renik yang berkembang pesat di dalam usus halus.
3. Racun yang dikeluarkan oleh bakteri.
4. Kelebihan cairan usus akibat racun.
— Diare Kronis atau Menahun atau Persisten
Pada diare menahun (kronis), kejadiannya lebih kompleks. Berikut beberapa faktor yang menimbulkannya, terutama jika sering berulang pada anak. Diare persisten didefinisikan sebagai berlanjutnya episode diare selama 14 hari atau lebih yang dimulai dari suatu diare cair akut atau berdarah (disentri)4. Kejadian ini sering dihubungkan dengan kehilangan berat badan dan infeksi non intestinal.5 Diare persisten tidak termasuk diare kronik atau diare berulang seperti penyakit sprue, gluten sensitive enteropathi dan penyakit Blind loop4. Walker-Smith mendefinisikan sebagai diare yang mulai secara akut tetapi bertahan lebih dari 2 minggu setelah onset akut6
1. Gangguan bakteri, jamur, dan parasit.
2. Malabsorpsi kalori.
3. Malabsorpsi lemak.
Pathogenesis
Titik
sentral patogenesis diare persisten adalah kerusakan mukosa usus yang pada
tahap awal disebabkan oleh etiologi diare akut. Berbagai faktor resiko melalui
interaksi timbal balik menyebabkan rehabilitasi kerusakan mukosa terhambat dan
memperberat kerusakan.11
Pathofisiologi
mekanisme terjadinya diare persisten secara
umum terbagi atas sekretori osmotik, gangguan motility dan proses inflamasi
tetapi pada beberapa kasus diare terjadi karena lebih dari satu mekanisme
tersebut
Daftar Pustaka
- Mengatasi Diare & Keracunan pada Balita Oleh dr. M.C. Widjaja
Daftar Pustaka
- Mengatasi Diare & Keracunan pada Balita Oleh dr. M.C. Widjaja
Diposkan oleh Artikel Kedokteran dan
Kesehatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar