BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Baik disadari maupun
tidak, tubuh manusia selalu melakukan gerak. Bahkan seseorang yang memiliki
ketidaksempurnaan alat gerak pun tetap melakukan gerak. Saat tersenyum,
mengedipkan mata, atau bernapas sesungguhnya telah terjadi gerak yang
disebabkan oleh kontraksi otot. Dalam satu hari, banyak aktivitas yang kita
lakukan, misalnya mandi, makan, berjalan, berlari, berolahraga, dan sebagainya.
Manusia dapat melakukan segala macam aktivitas bergerak itu karena dia memiliki
sistem organ gerak yaitu sistem muskuloskeletal..
Gerak adalah suatu
tanggapan terhadap rangsangan baik dari dalam maupun dari luar. Gerak tidak
terjadi begitu saja. Gerak terjadi melelui mekanisme yang rumit dan melibatkan
banyak bagian tubuh.
Gerak pada manusia
disebabkan oleh kontraksi otot yang menggerakkan tulang. Jadi, gerak merupakan
kerjasama antara tulang dan otot. Maka dari itu, tubuh manusia terdapat sistem
muskuloskeletal yang berperan dalam situasi tersebut. Muskuloskeletal terdiri
dari otot dan tulang. Tulang sebagai alat gerak pasif karena hanya mengikuti
kendali otot, sedangkan otot disebut alat gerak aktif karena mampu berkontraksi,
sehingga mampu menggerakan tulang.
1.2
Tujuan Penulisan
1.2.1
Tujuan Umum
Membantu mahasiswa memahami tentang anatomi fisiologi sistem muskuloskeletal tubuh manusia.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian muskuloskeletal.
b. Memahami tentang otot (muskular)
c. Memahami tentang sistem rangka (skeletal)
d.
Mengetahui kelainan pada sistem muskuloskeletal
1.3
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini
disusun sebagai berikut :
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
I.2 Tujuan Penulisan
I.3 Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
2.2 Otot (Muskulus / Muscle)
2.2.1 Fungsi Sistem Otot
2.2.2 Ciri-Ciri Sistem Otot
2.2.3 Jenis-Jenis Otot
2.2.4 Mekanisme Kontraksi Otot
2.3 Rangka (skeletal)
2.3.1 Fungsi Rangka
2.3.2 Jenis Tulang
2.3.3 Sel – Sel Penyusun Tulang
2.3.4 Organisasi Sistem Rangka
2.3.5 Pembentukan Tulang
2.3.6 Hubungan Antar Tulang
2.4 Kelainan Pada Sistem Muskuloskeletal
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian
Muskuloskeletal
terdiri dari kata Muskulo yang berarti
otot dan kata Skeletal yang
berarti tulang. Muskulo atau muskular adalah jaringan otot-otot tubuh. Ilmu yang
mempelajari tentang muskulo atau jaringan otot-otot tubuh adalah Myologi. Skeletal atau osteo adalah tulang kerangka tubuh. Ilmu yang mempelajari tentang muskulo atau jaringan otot-otot tubuh adalah Osteologi.
2.2.
Otot ( Muskulus / Muscle )
Otot
merupakan organ tubuh yang mempunyai kemampuan mengubah energi kimia menjadi
energi mekanik/gerak sehingga dapat berkontraksi untuk menggerakkan rangka,
sebagai respons tubuh terhadap perubahan lingkungan.
Otot disebut alat gerak
aktif karena mampu berkontraksi, sehingga mampu menggerakan tulang. Semua sel-sel otot mempunyai
kekhususan yaitu untuk berkontraksi.
Otot membentuk 40-50% berat
badan; kira-kira1/3-nya merupakan protein tubuh dan ½-nya tempat terjadinya aktivitas metabolik
saat tubuh istirahat. Terdapat lebih dari 600 buah otot pada tubuh manusia.
Sebagian besar otot-otot tersebut dilekatkan pada tulang-tulang kerangka tubuh,
dan sebagian kecil ada yang melekat di bawah permukaan kulit.
Gabungan otot berbentuk
kumparan dan terdiri dari :
1) Fascia, adalah jaringan yang
membungkus dan mengikat jaringan lunak. Fungsi fascia yaitu mengelilingi otot,
menyedikan tempat tambahan otot, memungkinkan struktur bergerak satu sama lain
dan menyediakan tempat peredaran darah dan saraf.
2) Ventrikel (empal), merupakan
bagian tengah yang mengembung.
3) Tendon (urat otot), yaitu kedua
ujung yang mengecil, tersusun dari jaringan ikat dan besrifat liat. Berdasarkan
cara melekatnya pada tulang, tendon dibedakan sebagai berikut.
a) Origo, merupakan
tendon yang melekat pada tulang yang tidak berubah kedudukannya ketika otot
berkontraksi.
b) Inersio. Merupakan
tendon yang melekat pada tulang yang bergerak ketika otot berkontraksi.
2.2.1
Fungsi Sistem
Otot
· Pergerakan
Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot tersebut melekat dan
bergerak dalam bagian organ internal tubuh.
· Penopang tubuh dan
mempertahankan postur
Otot menopang rangka dan mempertahankan tubuh saat berada dalam posisi
berdiri atau saat duduk terhadap gaya gravitasi.
· Produksi panas
Kontraksi otot-otot secara metabolis menghasilkan panas untuk
mepertahankan suhu tubuh normal.
2.2.2
Ciri-Ciri
Sistem Otot
Otot memendek jika sedang
berkontraksi dan memanjang jika sedang berelaksasi. Kontraksi otot terjadi jika
otot sedang melakukan kegiatan. Relaksasi otot terjadi jika otot sedang
beristirahat. Dengan demikian otot memiliki 3 karakter, yaitu:
· Kontrakstilitas, yaitu serabut
otot berkontraksi dan menegang, otot menjadi lebih pendek dari ukuran semula.
· Ekstensibilitas, yaitu serabut
otot memiliki kemampuan untuk menegang melebihi panjang otot saat rileks
(memanjang).
· Elastisitas, yaitu serabut otot
dapat kembali ke ukuran semula setelah berkontraksi atau meregang.
2.2.3
Jenis-Jenis
Otot
1) Berdasarkan letak dan struktur
selnya, dibedakan menjadi:
a.
Otot Rangka (Otot Lurik)
Otot rangka merupakan otot lurik, volunter
(secara sadar atas perintah dari otak), dan melekat pada rangka, misalnya yang
terdapat pada otot paha, otot betis, otot dada. Kontraksinya sangat cepat dan
kuat.
Struktur mikroskopis otot skelet/rangka yaitu Memiliki
bentuk sel yang panjang seperti benang/filament. Setiap serabut memiliki banyak
inti yang terletak di tepi
dan tersusun di bagian
perifer. Serabut otot sangat panjang, sampai 30 cm, berbentuk silindris dengan
lebar berkisar antara 10 mikron sampai 100 mikron.
b.
Otot Polos
Otot polos merupakan otot tidak berlurik dan
involunter (bekerja secara tak sadar). Jenis otot ini dapat ditemukan pada dinding berongga seperti
kandung kemih dan uterus, serta pada dinding tuba, seperti pada sistem
respiratorik, pencernaan, reproduksi, urinarius, dan sistem sirkulasi darah.
Kontraksinya kuat dan lamban.
Struktur Mikroskopis Otot Polos yaitu memiliki bentuk sel otot seperti silindris/gelendong
dengan kedua ujung meruncing. Serabut sel ini berukuran kecil, berkisar antara
20 mikron (melapisi pembuluh darah). Memiliki satu buah inti sel yang terletak
di tengah sel otot dan mempunyai
permukaan sel otot yang polos dan halus/licin.
c.
Otot Jantung
Otot Jantung juga otot serat lintang
involunter, mempunyai struktur yang sama dengan otot lurik. Otot ini hanya
terdapat pada jantung. Bekerja terus-menerus setiap saat tanpa henti, tapi otot
jantung juga mempunyai masa istirahat, yaitu setiap kali berdenyut. Memilki banyak inti sel yang terletak di
tepi agak ke tengah. Panjang sel berkisar antara 85-100 mikron dan
diameternya sekitar 15 mikron.
2)
Berdasarkan gerakannya dibedakan menjadi :
a.
Otot Antagonis,
yaitu hubungan antarotot yang cara kerjanya bertolak belakang/tidak
searah, menimbulkan gerak berlawanan. Contohnya:
· Ekstensor (meluruskan) dengan fleksor (membengkokkan), misalnya otot bisep dan otot
trisep.
·
Depressor (gerakan ke bawah) dengan elevator (gerakan ke atas),
misalnya gerak kepala menunduk dan menengadah.
b.
Otot Sinergis, yaitu hubungan antar otot yang cara
kerjanya saling mendukung/bekerjasama, menimbulkan gerakan searah. Contohnya pronator teres dan pronator
kuadrus. (Marieb & Mallat 2001)
3)
Berdasarkan letaknya, otot
dapat ditemukan diberbagai daerah bagian tubuh dengan nama-nama otot tertentu,
dapat dilihat pada gambar berikut.
2.2.4
Mekanisme Kontraksi Otot
Dari hasil penelitian dan
pengamatan dengan mikroskop elektron dan difraksi sinar X, Hansen dan Huxly
(1995) mengemukakan teori kontraksi otot yang disebut model Sliding Filamens. Model ini menyatakan
bahwa kontraksi terjadi berdasarkan adanya dua set filamen didalam sel otot
kontraktil yang berupa filamen aktin dan miosin.
Ketika otot
berkontraksi, aktin dan miosin bertautan dan saling menggelincir satu sama lain,
sehingga sarkomer pun juga memendek.
Dalam otot terdapat
zat yang sangat peka terhadap rangsang disebut asetilkolin. Otot yang
terangsang menyebabkan asetilkolin terurai membentuk miogen yang merangsang
pembentukan aktomiosin. Hal ini menyebabkan otot berkontraksi sehingga otot
yang melekat pada tulang bergerak.
Saat berkontraksi,
otot membutuhkan energi dan oksigen. Oksigen diberikan oleh darah, sedangkan
energi diperoleh dari penguraian ATP (adenosin trifosfat) dan kreatinfosfat.
ATP terurai menjadi ADP (adenosin difosfat) + Energi. Selanjutnya, ADP terurai
menjadi AMP (adenosin monofosfat) + Energi. Kreatinfosfat terurai menjadi
kreatin + fosfat + energi. Energienergi ini semua digunakan untuk kontraksi
otot.
2.3.
Rangka (skeletal)
Sistem rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari
tulang, sendi, dan tulang rawan (kartilago) sebagai tempat menempelnya otot dan
memungkinkan tubuh untuk mempertahankan sikap dan posisi.
Tulang sebagai alat gerak pasif karena hanya mengikuti
kendali otot. Akan tetapi tulang tetap mempunyai peranan penting karena gerak
tidak akan terjadi tanpa tulang.
2.3.1
Fungsi Rangka
·
Penyangga;
berdirinya tubuh, tempat
melekatnya ligamen-ligamen, otot, jaringan lunak dan organ.
·
Penyimpanan mineral (kalsium dan fosfat) dan
lipid (yellow marrow)
·
Produksi sel darah (red marrow)
·
Pelindung; membentuk rongga melindungi organ
yang halus dan lunak.
·
Penggerak; dapat mengubah arah dan kekuatan otot
rangka saat bergerak karena adanya persendian.
2.3.2
Jenis Tulang
a.
Berdasarkan jaringan
penyusun dan sifat-sifat fisiknya, yaitu:
1)
Tulang Rawan (kartilago)
Ada 3 macam tulang rawan, yaitu:
·
Tulang Rawan Hyalin:
kuat dan elastis terdapat pada ujung tulang pipa.
·
Tulang Rawan
Fibrosa: memperdalam rongga dari cawan-cawan (tl. Panggul) dan rongga glenoid
dari skapula.
·
Tulang Rawan
Elastik: terdapat dalam daun telinga,
epiglotis dan faring.
2)
Tulang Sejati (osteon)
Tulang bersifat keras dan berfungsi menyusun berbagai
sistem rangka. Permukaan luar tulang dilapisi selubung fibrosa (periosteum). Lapis
tipis jaringan ikat (endosteum) melapisi rongga sumsum dan meluas ke dalam kanalikuli tulang kompak.
Secara mikroskopis tulang terdiri dari :
·
Sistem Havers
(saluran yang berisi serabut saraf, pembuluh darah, aliran limfe)
·
Lamella (lempeng tulang
yang tersusun konsentris)
·
Lacuna (ruangan
kecil yang terdapat di antara lempengan-lempengan yang mengandung sel tulang)
·
Kanalikuli (memancar
di antara lacuna dan tempat difusi makanan sampai ke osteon)
b.
Berdasarkan
matriksnya, yaitu:
1)
Tulang kompak, yaitu
tulang dengan matriks yang padat dan rapat.
2)
Tulang Spons, yaitu
tulang dengan matriksnya berongga.
c.
Berdasarkan
bentuknya, yaitu:
1) Ossa longa (tulang pipa/panjang), yaitu tulang yang ukuran panjangnya
terbesar. Contohnya os humerus dan os femur.
2) Ossa brevia (tulang pendek), yaitu tulang yang ukurannya
pendek. Contohnya tulang yang terdapat pada pangkal kaki, pangkal lengan, dan
ruas-ruas tulang belakang.
3) Ossa plana (tulang pipih), yaitu tulang yang ukurannya lebar.
Contohnya os scapula (tengkorak), tulang belikat, tulang rusuk.
4) Ossa
irregular (tulang tak beraturan),
yaitu tulang dengan bentuk yang tak tentu. Contohnya os vertebrae (tulang
belakang).
5) Ossa
pneumatica (tulang berongga udara).
Contohnya os maxilla.
2.3.3
Sel – Sel Penyusun Tulang
a.
Osteobast, merupakan sel
tulang muda yang menghasilkan jaringan osteosit dan mengkresikan fosfatase
dalam pengendapan kalsium dan fosfat ke dalam matriks tulang.
b.
Osteosit, yaitu sel- sel tulang dewasa yang bertindak sebagai
lintasan untuk pertukaran kimiawi melaui tulang yang padat.
c.
Osteoclast, yaitu
sel-sel yang dapat mengabsorbsi mineral dan matriks tulang.
2.3.4
Organisasi Sistem Rangka
Sistem skeletal dibentuk
oleh 206 buah tulang yang membentuk suatu kerangka tubuh. Rangka digolongkan
kedalam tiga bagian sebagai berikut.
1)
Rangka Aksial
Rangka Aksial terdiri
dari 80 tulang yang membentuk aksis panjang tubuh dan melindungi organ-organ
pada kepala, leher, dan dada.
a.
Tengkorak (cranium), yaitu tulang yang tersusun dari 22 tulang; 8 tulang
kranial dan 14 tulang fasial.
o
Tulang kranial
membungkus dan melindungi otak, terdiri dari:
Tulang
baji (sfenoid) : 1 buah
Tulang
tapis (etmoid) : 1 buah
Tulang
pelipis (temporal) : 2 buah
Tulang
dahi (frontal) : 1 buah
Tulang
ubun-ubun (parietal) : 2 buah
Tulang
kepala belakang (oksipital) : 1 buah
o
Tulang fasial
membentuk wajah, terdiri dari:
Tulang
rahang atas (maksila) :
2 buah
Tulang
rahang bawah (mandibula) : 2 buah
Tulang
pipi (zigomatikus) :
2 buah
Tulang
langit-langit (palatinum) :
2 buah
Tulang
hidung (nasale) :
2 buah
Tulang
mata (lakrimalis) :
2 buah
Tulang
pangkal lidah (Konka inferor) : 1 buah
b.
Tulang Pendengaran (Auditory), terdiri dari:
Tulang
martil (maleus) :
2 buah
Tulang
landasan (inkus) :
2 buah
Tulang
sanggurdi (stapes) :
2 buah
c.
Tulang Hioid, yaitu tulang yang berbentuk huruf U, terdapat diantara
laring dan mandibula, berfungsi sebagai pelekatan beberapa otot mulut dan
lidah. : 1 buah
d.
Tulang Belakang (vertebra), berfungsi menyangga berat tubuh dan memungkinkan
manusia melakukan berbagai macam posisi dan gerakan, misalnya berdiri, duduk,
atau berlari. Tulang belakang berjumlah 26 buah yang terdiri dari:
Tulang
leher (servikal) : 7 buah
Tulang
punggung (dorsalis) : 12 buah
Tulang
pinggang (lumbal) : 5 buah
Tulang
kelangkang (sakrum) : 1 buah
Tulang
ekor (koksigea)
4
ruas berfusi menjadi satu : 1 buah
e.
Tulang Iga/Rusuk (costae), yaitu tulang yang bersama-sama dengan tulang dada
membentuk perisai pelindung bagi organ-organ penting yang terdapat di dada,
seperti paru-paru dan jantung. Tulang rusuk juga berhubungan dengan tulang
belakang, berjumlah 12 ruas, terdiri dari:
Tulang Rusuk Sejati
(costae vera) : 7 pasang
Tulang Rusuk Palsu (costae spuria) : 3 pasang
Rusuk Melayang (costae fliktuantes) : 2 pasang
f.
Tulang Dada (sternum) terdiri atas tulang-tulang yang berbentuk pipih, antara
lain:
Tulang hulu (manubrium) : 1 buah
Tulang badan (gladiolus) : 1 buah
Tulang bahu pedang (sifoid) :
1 buah
(ketiganya
bergabung menjadi satu buah tulang dada)
2)
Rangka Apendikular
Rangka apendikuler merupakan rangka yang tersusun dari
tulang-tulang bahu, tulang panggul, dan tulang anggota gerak atas dan bawah
terdiri atas 126 tulang.
Secara umum rangka apendikular menyusun alat gerak,
tangan dan kaki. Tulang rangka apendikular dibagi kedalam 2 bagian, yaitu :
(1) Ektremitas Atas, yaitu
terdiri dari tulang bahu dan tulang anggota gerak atas.
a.
Tulang bahu, terdiri atas dua bagian:
Tulang
belikat (skapula) : 2 buah
Tulang
selangka (klavikula) : 2 buah
b.
Tulang anggota gerak atas, terdiri dari:
Tulang
lengan atas (humerus) :
2 buah
Tulang
hasta (ulna) :
2 buah
Tulang
pengumpil (radius) :
2 buah
Tulang
pergelangan tangan (karpal) :
16 buah (8 pada tiap tangan)
Tulang
tapak tangan (metakarpal) :
10 buah (5 pada tiap tangan)
Tulang
jari-jari (phalanges) :
28 buah (2 kali 14 ruas jari)
(2) Ektremitas Bawah, yaitu
terdiri dari tulang panggul dan tulang anggota gerak bawah.
a.
Tulang panggul (pelvis), terdiri
atas tiga bagian:
Tulang
usus (ileum) : 2 buah
Tulang
duduk (iskhium) : 2 buah
Tulang
kemaluan (pubis) : 2 buah
b.
Tulang anggota gerak bawah, terdiri dari:
Tulang
paha (femur) :
2 buah
Tulang
tempurung lutut (patela) :
2 buah
Tulang
betis (fibula) :
2 buah
Tulang
kering (tibia) :
2 buah
Tulang
pergelangan kaki (tarsal) :
14 buah (7 pada tiap kaki)
Tulang tapak kaki (metatarsal) : 10 buah (5 pada tiap kaki)
Tulang jari kaki (phalanges) : 28 buah (2 kali 14 ruas jari)
2.3.5
Pembentukan Tulang
Proses
pembentukan tulang telah bermula sejak umur embrio 6-7 minggu dan berlangsung
sampai dewasa. Pada rangka manusia, rangka yang pertama kali terbentuk adalah tulang
rawan (kartilago) yang berasal dari jaringan mesenkim. Kemudian akan
terbentuk osteoblas atau sel-sel pembentuk tulang. Osteoblas ini akan mengisi
rongga-rongga tulang rawan.
Sel-sel tulang dibentuk
terutama dari arah dalam keluar, atau proses pembentukannya konsentris. Setiap
satuan-satuan sel tulang mengelilingi suatu pembuluh darah dan saraf membentuk
suatu sistem yang disebut sistem Havers.
Disekeliling
sel-sel tulang terbentuk senyawa protein yang akan menjadi matriks tulang.
Kelak didalam senyawa protein ini terdapat pula kapur dan fosfor sehingga
matriks tulang akan mengeras. Proses ini disebut osifikasi.
2.3.6
Hubungan Antar Tulang
Hubungan antartulang disebut artikulasi. Agar artikulasi
dapat bergerak, diperlukan struktur khusus yang disebut sendi. Sendi yang
menyusun kerangka manusia terdapat di beberapa tempat.
Terdapat tiga jenis hubungan antartulang, yaitu:
1) Sinartrosis
Sinartrosis disebut
juga dengan sendi mati, yaitu hubungan antara dua tulang yang tidak dapat
digerakkan sama sekali. Artikulasi ini tidak memiliki celah sendi dan
dihubungkan dengan jaringan serabut. Dijumpai pada hubungan tulang pada
tulang-tulang tengkorak yang disebut sutura/suture.
2)
Amfiartosis
Amfiartosis disebut juga dengan sendi kaku, yaitu
hubungan antara dua tulang yang dapat digerakkan secara terbatas.
Artikulasi ini dihubungkan dengan kartilago. Dijumpai pada hubungan
ruas-ruas tulang belakang, tulang rusuk dengan tulang belakang.
3)
Diartosis
Diartosis disebut juga
dengan sendi hidup, yaitu hubungan antara dua tulang yang dapat
digerakkan secara leluasa atau tidak terbatas. Untuk melindungi bagian
ujung-ujung tulang sendi, di daerah persendian terdapat rongga yang berisi
minyak sendi/cairan synovial yang berfunggsi sebagai pelumas sendi.
Diartosis dapat
dibedakan menjadi:
a.
Sendi Engsel
Sendi engsel yaitu hubungan antar tulang yang
memungkinkan gerakan hanya satu arah saja. Dijumpai pada hubungan tulang Os. Humerus
dengan Os. Ulna dan Os. Radius/sendi pada siku, hubungan antar Os. Femur dengan
Os. Tibia dan Os. Fibula/sendi pada lutut.
b.
Sendi Putar
Sendi putar yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan
salah satu tulang berputar terhadap tulang yang lain sebagai porosnya. Dijumpai
pada hubungan antara Os. Humerus dengan Os. Ulna dan Os. Radius, hubungan antar
Os. Atlas dengan Os. Cranium.
c.
Sendi Pelana/Sendi Sellaris
Sendi pelana yaitu hubungan antar tulang yang
memungkinkan gerakan ke segala arah/gerakan bebas. Dijumpai pada hubungan Os.
Scapula dengan Os. Humerus, hubungan antara Os. Femur dengan Os. Pelvis
virilis.
d.
Sendi Kondiloid atau Elipsoid
Sendi Kondiloid yaitu hubungan antar tulang yang
memungkinkan gerakan berporos dua, dengan gerak ke kiri dan ke kanan; gerakan
maju dan mundur; gerakan muka/depan dan belakang. Ujung tulang yang satu berbentuk oval dan masuk
ke dalam suatu lekuk yang berbentuk elips. Dijumpai pada hubungan Os. Radius
dengan Os. Carpal.
e.
Sendi Peluru
Sendi peluru yaitu hubungan antar tulang yang
memungkinkan gerakan ke segala arah/gerakan bebas. Dijumpai pada hubungan Os.
Scapula dengan Os. Humerus, hubungan antara Os. Femur dengan Os. Pelvis
virilis.
f.
Sendi Luncur
Sendi luncur yaitu hubungan antar tulang yang
memungkinkan gerakan badan melengkung ke depan (membungkuk) dan ke belakang
serta gerakan memutar (menggeliat). Hubungan ini dapat terjadi pada hubungan
antarruas tulang belakang, persendian antara pergelangan tangan dan tulang pengumpil.
2.4.
Kelainan Pada
Sistem Muskuloskeletal
Beberapa
gangguan kesehatan dan kelainan yang terjadi sistem muskuloskeletal adalah
sebagai berikut.
1)
Fraktura /patah tulang
Pada
kelainan tulang ini, tulang mengalami retak/patah tulang akibat mengalami
benturan keras, misalnya karena kecelakaan. Pemulihan untuk kelainan ini, yaitu
dengan mengembalikan pada susunan semula secepat mungkin. Pada kasus patah
tulang, untuk menyambungkannya ditambahkan pen atau platina. Setelah tulang
mengalami pertumbuhan dan menyatu, pen/platina akan diambil kembali.
2)
Fisura/retak tulang
Fisura yaitu kelainan tulang yang
menimbulkan keretakan pada tulang.
3)
Gangguan yang
Terjadi pada Tulang Belakang
Gangguan
ini disebabkan karena kebiasaan tubuh yang salah, kelainan ini antara lain
seperti berikut.
a)
b)
c)
a. Lordosis,
yaitu keadaan tulang belakang yang melengkung ke depan.
b. Kifosis,
adalah keadaan tulang belakang melengkung ke belakang, sehingga badan
terlihat bongkok.
c.
Skoliosis, yaitu keadaan tulang belakang
melengkung ke samping kiri atau kanan.
4)
Osteoporosis
Orang yang
menderita kelainan ini, keadaan tulangnya akan rapuh dan keropos. Ini
disebabkan karena berkurangnya kadar kalsium dalam tulang. Seiring dengan
bertambahnya usia seseorang, maka kadar kalsium akan berkurang sedikit demi
sedikit.
5)
Rakhitis
Penyakit
ini menyebabkan kondisi tulang seseorang yang lunak. Hal ini disebabkan dalam
tubuh seseorang kekurangan vitamin D. Vitamin ini berfungsi untuk mengabsorpsi
fosfor dan berperan dalam metabolisme kalsium. Penderita ini disarankan banyak
mengkonsumsi telur, susu, dan minyak hati ikan. Selain itu, pada pagi hari,
penderita disarankan berjemur di bawah sinar matahari karena sinar matahari
pagi dapat membantu pembentukan vitamin D dalam tubuh.
6)
Kram
Kram
merupakan keadaan otot berada dalam keadaan kejang. Keadaan ini antara lain
disebabkan karena terlalu lamanya aktivitas otot secara terus menerus.
7)
Hipertropi
Suatu
keadaan otot yang lebih besar dan lebih kuat. Hal ini disebabkan karena otot sering
dilatih bekerja dan berolahraga. Hipertrofi otot ini sering dimiliki oleh atlet
binaragawan.
8)
Atrofi
Keadaan
otot yang lebih kecil dan lemah kontraksinya. Kelainan ini disebabkan karena
infeksi virus polio. Pemulihannya dengan pemberian latihan otot, pemberian stimulant
listrik, atau dipijat dengan teknik tertentu.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Muskuloskeletal adalah
suatu sistem pada tubuh manusia yang meliputi sistem gerak yang terdiri dari
otot dan tulang. Otot
merupakan organ tubuh yang mempunyai kemampuan berkontraksi untuk menggerakkan
rangka. Sistem rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang,
sendi, dan tulang rawan (kartilago) sebagai tempat menempelnya otot dan
memungkinkan tubuh untuk mempertahankan sikap dan posisi.
Otot merupakan alat gerak pasif dan memiliki
karakteristik, antara lain kontraktibilitas, ekstensibilitas, dan elastisitas.
Berdasarkan perlekatannya, otot terdiri atas origo dan insersi. Jenis-jenis
otot antara lain yaitu otot lurik, otot polos, dan otot jantung.
Tulang dibedakan menjadi skeleton aksial dan skeleton
apendikuler. Skeleton aksial
terdiri atas tulang-tulang tengkorak, ruas tulang belakang, tulang iga atau
rusuk, dan tulang dada, sedangkan skeleton apendikuler terdiri atas tulang
pinggul, bahu, lengan, telapak tangan, tungkai dan telapak kaki. Berdasarkan
jenisnya, tulang dibedakan menjadi 2, yaitu tulang rawan dan tulang sejati.
Tulang sejati, dilihat dari matriksnya terdiri atas tulang kompak dan tulang
spons. Berdasarkan bentuknya, tulang dibedakan menjadi 3, yaitu tulang pipa,
tulang pipih, dan tulang pendek. Hubungan antartulang disebut persendian atau
artikulasi. Sendi dibedakan menjadi 3, yaitu amfiartrosis, sinartrosis, dan
diartrosis.
3.2
Saran
·
Pentingnya pengetahuan
mengenai sistem muskuloskeletal sehingga diharapkan mahasiswa lebih mendalami
pemahaman tentang anatomi fisiologi sistem muskuloskeletal.
·
Dari berbagai teori anatomi
fisiologi sistem muskuloskeletal tentang berbagai macam penyakit yang
berhubungan dengan sistem tersebut diharapkan mahasiswa mampu memberikan
tindakan keperawatan dengan tepat.
·
Dengan memahami anatomi
fisiologi sistem muskuloskeletal, mahasiswa diharapkan mampu melaksanakan
pelayanan keperawatan dengan baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Pratiwi, D.A. 2000. Buku
Penuntun Biologi untuk SMU kelas 2. Jakarta. Penerbit Erlangga.
Ethel, Sloane. 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Lewis,
Heitkemper & Dirksen. 2000. Medical
Surgical Nursing. Mosby. Philadelphia.
http://www.medicastore.com/alovell/isi.php?isi=tulang, 01/12/2011, 12.15 WIB.
sangat membantuu
BalasHapus