BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi merupakan
suatu dasar dan kunci seseorang dalam menjalankan tugasnya, komunikasi
merupakan suatu proses dalam perawatan untuk menjalankan dan menciptakan
hubungan dengan pasien, komunikasi tampaknya sederhana tetapi untuk menjadikan
suatu komunikasi berguna dan efektif membutuhkan usaha dan keterampilan serta
kemampuan dalam bidang itu.
(Arifin, 2002).
Tidak ada persoalan
sosial manusia dihadapkan dengan masalah sosial yang penyelesaiannya menyangkut
komunikasi yang lebih baik, Setiap hari
semua orang melakukan proses komunikasi. Sering kali akibat komunikasi
yang tidak tepat terjadi perbedaan pandangan atau salah paham. Oleh karena itu
setiap orang perlu memahami konsep dan proses komunikasi untuk meningkatkan
hubungan antar manusia dan mencegah kesalah pahaman yang mungkin terjadi,
hubungan komunikasi terapeutik antara perawat atau bidan dengan pasien adalah
hubungan kerjasama yang ditandai dengan tukar menukar perilaku, perasaan,
pikiran dan pengalaman dalam membina hubungan intim yang terapeutik (Utami P,
1998).
Dalam profesi
keperawatan, komunikasi sangat penting antara perawat dengan perawat, dan
perawat dengan klien, khususnya komunikasi antar perawat dengan klien dimana
dalam komunikasi itu perawat dapat menemukan beberapa solusi dari permasalahan
yang sedang dialami klien, dan komunikasi ini dinamakan dengan komunikasi
terapeutik. Akan tetapi dalam pelaksanaan komunikasi terapeutik ini ada
fase-fase, tehnik-tehnik, dan faktor-faktor, serta proses komunikasi terapeutik
tersebut dalam perawatan sehingga pelayanan/asuhan keperawatan dapat berjalan
dengan baik serta memberikan tingkat kepuasan pada klien.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Prinsip
Komunikasi dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigen, Prinsip etika dalam
keperawatan,dan prinsip Norma Yang Relevan Dengan Pengkajian?
2. Bagaimana Pengkajian dalam pemenuhan
kebutuhan oksigen?
C . Tujuan
1.
Tujuan umum :
agar mahasiswa mengetahui konsep komunikasi dan prinsip etika dalam komunikasi
yang benar.
2.
Tujuan khusus :
agar mahasiswa mengetahui dan memahami konsep komunikasi prinsip etika
keperawatan pada setiap tahap asuhan keperawatan dalam pemenuhan oksigen.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep dan Prinsip Komunikasi
dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigen
1.
Jelas dan ringkas
Komunikasi harus efektif dan sederhana,
terutama apabila klien mengeluh dengan penyakit yang diderita dalam kebutuhan
oksigen, agar lebih mengefesienkan waktu dalam melakukan tindakan.
2.
Humor
Sedikit hiburan akan menenangkan klien serta dapat
mengurangi ketegangan dan rasa sakit saat malakukan tindakan. Misalnya rasa
sesak yang di derita dengan rasa tenang aliran nafas pun akan sedikit normal.
3.
Menggunakan kata yang sederhana
Dalam memberikan penjelasan alangkah baiknya informasi
yang kita berikan dengan menggunakan kata-kata yang mudah di mengerti. Tidak
menggunakan istilah yang dapat menimbulkan kesalahpahaman.
B. Konsep dan Prinsip etika
dalam keperawatan(kebutuhan oksigen)
- Berbahasa yang baik, ramah dan sopan
Dengan bahasa yang baik dan sopan maka klien akan
merasa segan kepada kita, merasa lebih nyaman dan dapat mengurangi rasa sakit.
- Menggunakan pakaian yang rapi
Penampilan yang menarik dapat merefresh klien dan
tidak membuat klien merasa tidak nyaman.
- Menggunakan panggilan / sebutan orang yang baik
Untuk panggilan yang baik dan cocok dengan klien, maka klien akan
merasa terhormati dan mencegah rasa ketersinggungan.
- Intonasi (Nada Suara)
Nada suara yang lembut di dengar akan
memberikan rasa nyaman pada pasien, dan membantu mengurangi rasa tegang dari
rasa sakitnya. Sebuah pesan dapat menunjukan antusiasme, perhatian,
permusuhan, atau pengabaian bergantung pada intonasinya
C. Konsep dan Prinsip Norma Yang Relevan Dengan Pengkajian
- Menjaga kontak mata
Dengan menjaga kontak mata maka klien akan merasa diperhatikan pada saat memberikan informasi. Apabila tidak maka klien akan tersinggung dan kepercayaan terhadap perawat pun akan berkurang.
- Jangan membelakangi klien
Apabila perawat membelakangi klien maka sanksinya
akan mengurangi kenyamanan klien dalam melakukan tindakan, alangkah baiknya
menghadap klien selain untuk menghormati dapat juga meningkatkan kenyamanan
klien.
- Menjaga privacy klien
Dalam melakukan tindakan apabila dalam diri klien terdapat
sesuatu yang dapat memalukan(aib), maka perawat harus menjaga kerahasiaan klien
tersebut. Jangan sampai aib tersebut sampai diketahui oleh orang lain.
4.
Penggunaan Bahasa Tubuh
Penggunaan bahasa tubuh juga dapat berguna dalam tindakan. Misalnya apabila
pasien telah di pasang sungkup muka dan perawat bertanya apakah terasa tidk
nyaman atau sakit,Pak? Maka dengan mengangguk saja itu menandakan jawaban ya
atau klien menggeleng kepala itu menandakan tidak.
D.
Pengkajian dalam pemenuhan kebutuhan
oksigen
1. Biodata pasien (umur, sex, pekerjaan, pendidikan)
2. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama
3. Riwayat perkembangan
a. Neonatus : 30 – 60 x/mnt
b. Bayi : 44 x/mnt
c. Anak : 20 – 25 x/mnt
d. Dewasa : 15 – 20 x/mnt
e. Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun
4. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami masalah / penyakit yang sama.
5. Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya : merokok, pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen dll.
6. Riwayat psikologis
Disini perawat perlu mengetahui tentang :
a. Perilaku / tanggapan klien terhadap masalahnya/penyakitnya
b. Pengaruh sakit terhadap cara hidup
c. Perasaan klien terhadap sakit dan therapi
d. Perilaku / tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan therapi
7. Riwayat spiritual
8. Pemeriksaan fisik
a. Hidung dan sinus
Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum.
Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris
b. Faring
Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak
c. Trakhea
Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan jari tengah pada bagian bawah trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan ke samping sehingga kedudukan trakhea dapat diketahui.
d. Thoraks
Inspeksi :
• Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah pernapasan kronis klavikulanya menjadi elevasi ke atas.
• Bentuk dada, pada bayi berbeda dengan orang dewasa. Dada bayi berbentuk bulat/melingkar dengan diameter antero-posterior sama dengan diameter tranversal (1 : 1). Pada orang dewasa perbandingan diameter antero-posterior dan tranversal adalah 1 : 2
Beberapa kelainan bentuk dada diantaranya : Pigeon chest yaitu bentuk dada yang ditandai dengan diameter tranversal sempit, diameter antero-posterior membesar dan sternum sangat menonjol ke depan. Funnel chest merupakan kelainan bawaan dengan ciri-ciri berlawanan dengan pigeon chest, yaitu sternum menyempit ke dalam dan diameter antero-posterior mengecil. Barrel chest ditandai dengan diameter antero-posterior dan tranversal sama atau perbandingannya 1 : 1.
Kelainan tulang belakang diantaranya : Kiposis atau bungkuk dimana punggung melengkung/cembung ke belakang. Lordosis yaitu dada membusung ke depan atau punggung berbentuk cekung. Skoliosis yaitu tergeliatnya tulang belakang ke salah satu sisi.
• Pola napas, dalam hal ini perlu dikaji kecepatan/frekuensi pernapasan apakah pernapasan klien eupnea yaitu pernapasan normal dimana kecepatan 16 – 24 x/mnt, klien tenang, diam dan tidak butuh tenaga untuk melakukannya, atau tachipnea yaitu pernapasan yang cepat, frekuensinya lebih dari 24 x/mnt, atau bradipnea yaitu pernapasan yang lambat, frekuensinya kurang dari 16 x/mnt, ataukah apnea yaitu keadaan terhentinya pernapasan.
• Status sirkulasi, dalam hal ini perlu dikaji heart rate/denyut nadi apakah takhikardi yaitu denyut nadi lebih dari 100 x/mnt, ataukah bradikhardi yaitu denyut nadi kurang dari 60 x/mnt.
1. Biodata pasien (umur, sex, pekerjaan, pendidikan)
2. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama
3. Riwayat perkembangan
a. Neonatus : 30 – 60 x/mnt
b. Bayi : 44 x/mnt
c. Anak : 20 – 25 x/mnt
d. Dewasa : 15 – 20 x/mnt
e. Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun
4. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami masalah / penyakit yang sama.
5. Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya : merokok, pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen dll.
6. Riwayat psikologis
Disini perawat perlu mengetahui tentang :
a. Perilaku / tanggapan klien terhadap masalahnya/penyakitnya
b. Pengaruh sakit terhadap cara hidup
c. Perasaan klien terhadap sakit dan therapi
d. Perilaku / tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan therapi
7. Riwayat spiritual
8. Pemeriksaan fisik
a. Hidung dan sinus
Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum.
Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris
b. Faring
Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak
c. Trakhea
Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan jari tengah pada bagian bawah trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan ke samping sehingga kedudukan trakhea dapat diketahui.
d. Thoraks
Inspeksi :
• Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah pernapasan kronis klavikulanya menjadi elevasi ke atas.
• Bentuk dada, pada bayi berbeda dengan orang dewasa. Dada bayi berbentuk bulat/melingkar dengan diameter antero-posterior sama dengan diameter tranversal (1 : 1). Pada orang dewasa perbandingan diameter antero-posterior dan tranversal adalah 1 : 2
Beberapa kelainan bentuk dada diantaranya : Pigeon chest yaitu bentuk dada yang ditandai dengan diameter tranversal sempit, diameter antero-posterior membesar dan sternum sangat menonjol ke depan. Funnel chest merupakan kelainan bawaan dengan ciri-ciri berlawanan dengan pigeon chest, yaitu sternum menyempit ke dalam dan diameter antero-posterior mengecil. Barrel chest ditandai dengan diameter antero-posterior dan tranversal sama atau perbandingannya 1 : 1.
Kelainan tulang belakang diantaranya : Kiposis atau bungkuk dimana punggung melengkung/cembung ke belakang. Lordosis yaitu dada membusung ke depan atau punggung berbentuk cekung. Skoliosis yaitu tergeliatnya tulang belakang ke salah satu sisi.
• Pola napas, dalam hal ini perlu dikaji kecepatan/frekuensi pernapasan apakah pernapasan klien eupnea yaitu pernapasan normal dimana kecepatan 16 – 24 x/mnt, klien tenang, diam dan tidak butuh tenaga untuk melakukannya, atau tachipnea yaitu pernapasan yang cepat, frekuensinya lebih dari 24 x/mnt, atau bradipnea yaitu pernapasan yang lambat, frekuensinya kurang dari 16 x/mnt, ataukah apnea yaitu keadaan terhentinya pernapasan.
• Status sirkulasi, dalam hal ini perlu dikaji heart rate/denyut nadi apakah takhikardi yaitu denyut nadi lebih dari 100 x/mnt, ataukah bradikhardi yaitu denyut nadi kurang dari 60 x/mnt.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
A. Kesimpulan
Komunikasi merupakan unsur yang penting dalam
aktifitas dan bagian yang selalu ada dalam proses manajemen keperawatan.
Berdasarkan hasil penelitian Swansburg (1990), bahwa lebih dari 80% waktu yang
digunakan untuk berkomunikasi, 16% untuk membaca dan 9% untuk menulis.
Pengembangan keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kiat sukses bagi
seorang bidan karena terlalu banyak waktu yang digunakan untuk komunikasi,
mendengar, berbicara jadi jelas bahwa bidan harus mempunyai keterampilan
interpersonal yang baik, karena praktek
kebidanan berorientasi pada hubungan interpersonal dalam mencapai suatu tujuan
organisasi, maka untuk menciptakan komitmen dan rasa kebersamaan perlu
ditunjang keterampilan dalam berkomunikasi (Nursalam, 2002).
B. Saran
Dalam melakukan
prinsip dan teknik komunikasi selain menggunakan tahap-tahap dalam tindakan
askep, perawat juga harus menerapkan etika atau kode etik keperawatan agar
klien nyaman.
DAFTAR PUSTAKA
Potter &
Perry, 2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik, Jakarta: EGC
Alimul, Aziz.
2006. Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Purba, Jeni
marlindawani, Skp. Zwani.com. 2008. Komunikasi Dalam Keperawataan. 1 April
2012.
www.blogspot.com. 2012. Askep oksigenasi.
5 Mei 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar